Archive for Juni 2017
Kumpulan Materi
MANAJEMEN RITEL
“Disusun Guna
Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester VI
Mata Kuliah :
Manajemen Ritel”
Disusun Oleh :
Ahmad Fatkhul
Arif (
14340054 )
Dosen Pengampu : Ahmad Khamim, SE, MM.
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUNAN GIRI SURABAYA
2017
DAFTAR
ISI
Bisnis Ritel.................................................................................................................... 1
Lokasi Bisnis Ritel....................................................................................................... 10
Sumber Daya Manusia Dalam Bisnis Ritel................................................................... 16
Perilaku Konsumen Ritel............................................................................................. 22
Strategi Pemasaran Ritel............................................................................................... 26
Desain dan Layout....................................................................................................... 31
Harga........................................................................................................................... 35
Saluran Distribusi........................................................................................................ 43
BISNIS RITEL
Pengertian Bisnis Ritel
Perkembangan
dunia bisnis belakangan ini sangat mendukung perkembangan bagi para retailer
yang berada di pasar, terutama para retailer besar. Meningkatnya tingkat
konsumsi dan hasrat berbelanja masyarakat membuat industri ini semakin dilirik
oleh para pelaku bisnis. Retail adalah suatu penjualan dari sejumlah kecil
komoditas kepada konsumen. Retail berasal dari Bahasa Perancis diambil dari
kata retailer yang berarti “memotong menjadi kecil-kecil” (Risch,1991:2).
Dalam kamus Bahasa Inggris –
Indonesia, Retail bisa juga diartikan
sebagai “Eceran”. Pengertian retailing adalah
semua aktivitas yang mengikut sertakan pemasaran barang dan jasa secara
langsung kepada pelanggan. Pengertin retailer adalah semua organisasi bisnis
yang memperoleh lebih dari setengah hasil penjualannya dari retailing. Jadi
retail adalah semua usaha bisnis yang secara langsung mengarahkan kemampuan
pemasarannya untuk memuaskan konsumen akhir berdasarkan organisasi penjualan
barang dan jasa sebagai inti dari
distribusi. Sedangkan manajemen ritel adalah
pengaturan keseluruhan faktor – faktor yang berpengaruh dalam proses
perdagangan ritel, yaitu perdagangan langsung barang dan jasa kepada konsumen.
Pengertian Retail Menurut Ahli :
Menurut Ma’ruf (2005:7) : Retail adalah kegiatan usaha menjual barang atau jasa
kepada perorangan untuk keperluan diri sendiri, keluarga atau rumah
tangga. Terkadang orang-orang berpikir
bahwa retailing hanya melakukan penjualan produk di toko.
Jasa yang ditawarkan oleh dokter gigi juga dapat disebut retailing, tukang
salon, maupun penyewaan komik.
Menurut Kotler dan Amstrong (2003 : 51)
: Retailing adalah serangkaian kegiatan usaha yang memberikan nilai
tambah pada produk dan jasa yang dijual kepada pelanggan untuk penggunaan
pribadi atau keluarga). Usaha eceran adalah suatu usaha yang kegiatannya
menyangkut penjualan barang atau jasa
secara langsung kepada konsumen untuk penggunaan pribadi dan non-bisnis.
Menurut Levy dan Weitz (2001:8) “Retailing adalah satu rangkaian aktivitas bisnis untuk menambah nilai guna
barang dan jasa yang dijual kepada konsumen untuk konsumsi pribadi atau rumah
tangga”. Jadi konsumen yang menjadi sasaran dari retailing adalah konsumen
akhir yang membeli produk untuk dikonsumsi sendiri.
Menurut Berman dan Evans (2001:3) “Retailing merupakan suatu usaha bisnis yang berusaha memasarkan barang
dan jasa kepada konsumen akhir yang menggunakannnya untuk keperluan pribadi dan
rumah tangga”. Produk yang dijual dalam usaha retailing adalah barang, jasa maupun
gabungan dari keduanya.
Menurut Kotler (2000:502) retailing yaitu:
“Penjualan eceran meliputi semua aktivitas yang melibatkan penjualan barang
atau jasa pada konsumen akhir untuk dipergunakan yang sifatnya pribadi, bukan
bisnis”.
Menurut Gilbert (2003:6) Retail adalah
semua usaha bisnis yang secara langsung mengarahkan kemampuan pemasarannya
untuk memuaskan konsumen akhir berdasarkan organisasi penjualan barang dan jasa
sebagai inti dari distribusi.
Umumnya usaha ini melakukan penjualan
langsung kepada konsumen akhir. Namun, tak jarang kita temui konsumen pada bisnis retail
menjual kembali produk yang dibeli untuk mendapatkan keuntungan. Para
peritel berupaya untuk memuaskan kebutuhan konsumen dengan mencari kesesuaian
antara harga, tempat dan waktu yang diinginkan pelanggan. Sementara, bisnis ini
juga menyediakan pasar bagi produsen untuk menjual produk–produk mereka. Dengan
demikian ritel menjadi distributor akhir yang menghubungkan produsen dengan
konsumen.
Menurut
Simamora (2003:388), secara garis besar pengecer dapat dibedakan menjadi
pengecer toko (store retailing) dan pengecer bukan toko retailing (non – store
retailing).
1. Pengecer toko (store retailing)
Usaha
eceran yang menggunakan toko sebagai sarana memasarkan produk yang dijual. Pada
umumnya usaha eceran menggunakan toko yang disebut toko eceran.
2. Pengecer bukan toko retailing (non – store retailing)
Produknya
tidak dipajangkan secara langsung, dengan kata lain pemajangan produk secara
tetap tidak menjadi bagian eceran. Pengecer bukan toko termasuk diantaranya
adalah internet marketing, direct selling.
Pada saat ini bisnis ritel telah
mengalami perubahan, yaitu terjadi
peralihan dari konsep toko – toko lokal yang independen atau toko – toko
di jalan utama menjadi situasi toko berskala nasional dan internasional dalam
bentuk pusat – pusat perbelanjaan yang modern, supermarket, pasar swalayan, toko serba ada dan
sebagainya. Dalam pengelolaan bisnis ritel
tidak sekedar hanya membuka toko dan mempersiaplan barang – barang yang
lengkap, namun lebih dari itu. Pengelolaan bisnis ritel harus melihat dan mengikuti perkembangan teknologi
pemasaran agar dapat berhasil dan mempunyai keunggulan bersaing (Usaman Thoyib,
1998).
Struktur Dasar
Bisnis Ritel Barang Dagangan
Saat ini telah terjadi perubahan
yang sangat signifikan baik pola pikir, selera maupun pola berbelanja
masyarakat luas, khususnya konsumen, dari pola yang berkecenderung tradisional
ke pola berkecenderungan modern. Hal ini dapat terlihat jelas, salah satu
indikatornya banyak berdiri bisnis – bisnis ritel yang lokasinya sangat
berdekatan dengan masyarakat, dan bukan lagi di jalan raya atau jalan utama.
Adapun
struktur dasar bisnis ritel secara sederhana yang merupakan jalur distribusi
barang dagangan dapat digambarkan sebagai berikut:
Struktur Dasar Bisnis Ritel Jalur Distribusi Barang Dagangan
Produsen menjual produknya kepada
pelaku ritel atau pedagang besar (peritel besar), disebut juga grosir.
Selanjutnya pedagang besar membeli, menyimpan persediaan, mempromosikan, memajang,
menjual, mengirimkan, dan membayar kepada produsen. Mereka biasanya tidak
menjual langsung ke konsumen. Sedangkan pelaku ritel menjalankan fungsi pembelian,
menyimpan persediaan, mempromosikan, menjual, mengirimkan, dan membayar kepada
agen atau distributor. Ritel tidak membuat barang dan tidak menjual kepada pelaku ritel lainnya
(C.W. Utami, 2006).
Konsep Pemasaran Ritel
Menurut Wal Mart dikutip Usman Thoyip (1998) telah memanfaatkan suatu pendekatan yang terkoordinasi dan merata di seluruh perusahaan terhadap perkembangan dan implementasi strategi dan memiliki suatu orientasi tujuan yang jelas. Berikut ini gambar konsep pemasaran ritel:
Konsep Pemasaran Ritel
Keterangan:
v Berorientasi
konsumen, seorng peritel harus menetukan atribut-atribut dan
kebutuhan-kebutuhan para konsemennya, serta harus menyediakan diri untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut secara
maksimal.
v Usaha
yang terkoordinir, di mana seorang peritel harus mengintegrasikan semua rencana
dan kegiatan untuk melakukan efisiensi.
v Berorientasi
tujuan, di mana seorang peritel harus menetapkan tujuan dan selanjutnya
mengunakan strateginya untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
Karakteristik Bisnis Ritel
Menurut Berman dan Evans (dikutip
Asep S.Sujana, 2005) ada beberapa karakteristik bisnis ritel sebagai berikut:
a)
Small Enough Quantity
Penjualan
barang atau jasa pada karakteristik ini dalam partai kecil yaitu jumlah
secukupnya untuk dikonsumsi sendiri dalam waktu tertentu
b)
Impulse Buying
Dalam
karakteristik ini, kondisi yang tercapai dari ketersediaan barang dalam jumlah
dan jenis yang sangat variatif sehingga menimbulkan banyaknya pilihan dalam
proses belanja konsemen. Sering kali konsumen dalam proses pembeliannya,
keputusan yang diambil untuk menbeli suatu barang adalah yang sebelumnya tidak
tercantum dalam pembelian barang. Keputusan ini timbul begitu saja terstimulasi
oleh variasi bauran produk dan tingkat harga barang yang ditawarkan.
c)
Store condition
Pada
karakteristik ini, dipengaruhi oleh lokasi toko, efektivitas penanganan barang,
jam buka toko, dan tingkat harga yang bersaing. Menurut Asep S.Sujana (2005)
aspek-aspek internal bisnis ritel terdiri atas asset, human, finance, dan merchandise.
Jenis-Jenis Bisnis Ritel
Sektor
ritel adalah salah satu segmen dengan tingkat pertumbuhan paling cepat di
banyak negara termasuk inonesia. Sebagaian besar peritel meliputi penjualan
barang atau jasa dari pihak pembuat, penjualan grosir/partai besar, agen,
importir, atau peritel lainnya dan penjualannya kepada konsumen untuk penggunaan
pribadi. Berikut ini bisnis ritel:
1.
Ritel toko
Situasi ritel masa kini terdiri dari berbagai macam toko
independen, pusat perbelanjaan, perusahaan diskon, toko pengecer yang
menawarkan kenyamanan berbelanja, jaringan peritel nasional maupun internasional,
supermarket konvensional dan perusahaan-perusahaan lain dengan skala yang lebih
besar. Semua ini tampak mendominasi sektor ritel. Peritel toko beroperasi di
lokasi-lokasi penjualan yang didesain untuk menarik konsumen dalam jumlah yang
cukup besar agar mau berkunjung ke toko mereka. Pada umumnya toko-toko
memamerkan barang jualan secara maksimal dan menggunakan iklan dibanyak media
massa untuk menarik sebanyak mungkin konsumen. Mereka ini biasanya menjual
barang dagangan kepada masyarakat umum atau konsumen rumah tangga tetap
sebagian juga melayani klien institusi dan bisnis. Ini meliputi bangunan-
bangunan seperti toko-toko alat tulis kantor, toko komputer dan softwere,
dealer bahan bangunan, seperti usaha ledeng dan toko-toko alat tulis.
2.
Ritel khusus
Sementara peritel raksasa seperti
Wal-Mart atau Carrefour cenderung untuk
menjual barang-barang kebutuhan pokok, para peritel ini cenderung menjual
barang-barang sekunder atau tersier. Mereka berfokus pada peningkatan
kenyamanan lingkungan rumah tangga, kekayaan pengalaman dalam berbelanja, dan
inventaris yang memenuhi kebutuhan pelanggan yang menjadi target dengan
frekuensi yang bisa disesuaikan.
Banyak toko bisa dimiliki dan
dijalankan oleh satu orang dengan bantuan yang seadanya. Dibandingkan dengan
pengoperasian manufaktur, bisnis ritel khusus relatif lebih mudah dibangun pada
awalnya baik secara keuangan dan pengelolaan. Namun usaha yang buruk dan
analisis pasar yang tidak memadai.
3.
Peritel non-toko
Bisnis-bisnis
ini sebagian besar berkaitan dengan penjualan ritel produk melalui TV, belanja
elektronik, kertas dan katalog elektronik, pengundangan dari pintu ke pintu,
demonstrasi dalam rumah, kios portabel,
mesin pengecer, dan pemesanan via pos. Dengan penjualan eceran di tepi jalan
sebagai pengecualian, bisnis-bisnis ini tidak biasanya mempertahankan saham
untuk dijual dengan premis. Ada begitu banyak manfaat yang bisa dituai dari
ritel ini.
4.
Pemesanan via pos
Dari
buku hingga brosur dasar, katalog sudah banyak dikenal bagi mereka yang tinggal
jauh dari keramaian pusat perbelanjaan. Katalog juga akrab bagi para manula.
Mereka yang suka barang/jasa yang tidak dijual bebas atau memiliki spesifikasi
yang kurang lazim, dan bagi orang-orang yang kurang suka berbelanja berdesakan.
Dengan pemesanan via pos, katalog berisi barang yang dijual bisa dikirimkan ke
ribuan pembeli potensial pada satu waktu untuk menaikkan angka penjualan atau
penghasilan konsumen yang rill. Perusahaan pemesanan via pos termasuk bisnis
barang jualan, perusahaan yang menjual barang-barang khusus dengan banyak
variasi, perusaahaan yang menjual benda-benda baru, berbagai jenis klub (CD,
DVD, buku) dan sebagainya.
5.
Internet
Internet
sudah mengubah kondisi industri ritel masa kini, menghubungkan perusahaan
dengan perusahaan lain dan pasar lain serta pelanggan individu. Peritel yang
tidak memahami dampak internet pada tokonya dan saluran katalognya berpeluang
untuk meremehkan investasi di internet.
6.
Mesin Pengecer otomatis
Mesin
pengecer otomatis telah menjadi konsep bisnis yang terbukti ampuh selama lebih
dari satu abad. Di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, kudapan dan soda
meraup angka penjualan lebih dari 20 miliar dollar di tahun 1999.
Jika dirinci, ada empat jenis
bisnis ritel, yaitu: 1) berdasarkan kepemilikan bisnis, 2) berdasarkan kategori
barang dagangan, 3) berdasarkan luas area penjualan, dan 4) berdasarkan peritel
tanpa toko.
1.
Jenis
bisnis ritel berdasarkan kepemilikan bisnis
a. Toko waralaba
Toko waralaba atau franchise
store adalah toko ritel yang dibangun berdasarkan kontrak kerja bagi hasil
(waralaba) antara pengusaha investor perseorangan dengan pewaralaba yang
merupakan pemegang lisensi/nama toko, sponsor, dan pengelola usaha, seperti fast food restaurant, bengkel, toko optikal
atau supermarket (McDonald’s, Indomart, Alfamart).
b. Rantai toko
ritel
Jenis ini merupakan toko
ritel dengan banyak cabang dan pada umumnya dimiliki oleh suatu instansi bisnis
bukan perorangan, namun dalam bentuk perseroan. Bentuknya seperti rantai toko
minimarket atau mega hJenis ini merupakan toko ritel dengan banyak cabang dan
pada umumnya dimiliki oleh suatu instansi bisnis bukan perorangan, namun dalam
bentuk perseroan. Bentuknya seperti rantai toko minimarket atau mega
hyperstore, misalnya Hero supermarket, Sogo Departement Store &
Supermarket, Matahari Mall, Ramayana Mall, dan sebagainya.
c. Peritel toko tunggal
Peritel toko tunggal (single store
retailer) merupakan jenis bisnis ritel yang paling banyak jumlahnya dengan
ukuran toko umumnya di bawah 100 m², mulai dari kios atau toko di pasar
tradisional sampai minimarket modern dan kepemilikan secara individual.
2.
Jenis
bisnis ritel berdasarkan kategori barang dagangan
Jenis
bisnis ini meliputi toko khusus, toko serba ada, departement store, dan hyperstore.
a.
Toko khusus
Toko khusus (speciality store) merupakan toko ritel
yang menjual satu jenis barang atau suatu rentang kategori barang yang relatif
sedikit, misalnya apotik, art shop, toko perhiasan dan toko buku.
b.
Toko serba ada
(Grocery store)
Grocery store merupakan toko ritel yang menjual sebagian besar
kategori barangnya yaitu barang kebutuhan sehari-hari, fresh food, dan cosmetic.
c. Departement
store
Pada jenis ini sebagian besar
assortments yang dijual merupakan non basic items atau bukan kebutuhan pokok,
fashionables, dan branded items atau bermerek, dengan lebih dari 80% pola
konsinyasi, item-item grocery jika dijual hanya sebagai pelengkap, misalnya di
Ramayana Mall, Borobudur, Pasaraya, dan sebagainya.
d. Hyperstore
Jenis bisnis ritel ini menjual
barang-barang dalam rentang kategori barang yang sangat luas yaitu menjual
sebagian besar barang kebutuhan setiap lapisan konsumen, sehingga sedikitnya
membutuhkan luas toko dan area sebesar 10.000 m² dan di Indonesia belum ada
seluas ini.
3.
Jenis
bisnis ritel berdasarkan luas area penjualan
1)
Small store adalah toko kecil, seperti kios, yang pada
umumnya merupakan toko ritel tradisional, dioperasikan sebagai usaha kecil
dengan sales area kurang 100 m².
2)
Minimarket, dioperasikan dengan luas area antara 100
s/d 1.000 m².
3)
Supermarket, dioperasikan dengan luas sales antara
1.000 s/d 5.000 m².
4)
Hypermarket, dioperasikan dengan luas sales area lebih
dari 5.000 m².
4.
Jenis
bisnis ritel berdasarkan peritel tanpa toko
Jenis
bisnis ritel ini meliputi multi level marketing (MLM), mail & phone order
ritel, dan internet/online store/e-commerce.
a.
MLM, merupakan suatu model penjualan barang
secara langsung dengan sistem komisi penjualan berperingkat berdasarkan status
keanggotaan dalam peringkat distribusi.
b.
Mail & phone order ritel, merupakan
perusahaan yang melakukan penjualan berdasarkan pesanan melalui surat dan atau
telepon. Prinsip dari perusahaan ini mengkompensasikan overhead cost
pengoperasian sebuah toko (secara fisik) dengan pengoperasian delivery services.
c.
Internet/online store/e-commerce, merupakan
suatu model penjualan barang yang melakukan penjualan berdasarkan pesanan
melalui internet.
Fungsi, Kelebihan, dan Kekurangan Bisnis Ritel
Bisnis ritel ini merupankan
kegiatan yang terkait dengan penjualan atau pelanggan barang, jasa ataupun
keduanya. Penjualan atau pelanggan ini dilakukan secara sedikit-sedikit atau
satu-satu langsung kepada konsumen akhir untuk memenuhi kebutuhan pribadi, keluarga
ataupun rumah tangga. Bahkan peritel ini juga bisa digunakan untuk keperluan
bisnis atau untuk dijual kembali. Bisnis ritel tidak hanya berfokus pada
penjualan barang seperti sabun, minuman,
deterjen, dan lain-lain. Penjualan ritel juga dapat mencakup layanan jasa
seperti potong rambut, cuci pakaian, penyewaan
mobil dan sepeda motor, penyewaan perawatan musik dan panggung
pertunjukan, dan lain-lain. Bisnis ritel pun tidak harus selalu dilakukan di
sebuah toko namun dapat juga dilakukan melalui telepon dan internet yang dapat
disebut non-ritel.
Berikut
ini fungsi, kelebihan, dan kelemahan bisnis ritel:
1.
Fungsi Bisnis
Ritel
ü
Melakukan kegiatan bisnis di lokasi yang nyaman
dan mudah untuk diakses oleh pelanggan, seperti daerah rumah-rumah penduduk, lingkungan
sekolah dan sebagainya.
ü
Memberikan beragam produk, sehingga pelanggan
dapat memilih produk yang diinginkan.
ü
Membagi produk yang besar sehingga dapat menjual
produk tersebut dalam kemasan kecil.
ü
Mengubah produk menjadi bentuk yang menarik.
ü
Menyimpan produk agar dapat menyediakan produk
untuk pelanggan dengan harga yang relatif tetap.
ü
Membantu produsen untuk memindahkan kepemilikan
dari produsen kepada konsumen yang dalam hal ini melalui proses jual beli.
ü
Mengakibatkan perpindahan barang melalui sistem distribusi.
ü
Memberikan informasi baik itu kepada pelanggan
maupun ke pemasok barang.
ü
Memberikan jaminan produk yang dijual, layanan
purna jual, dan ikut serta dalam penanganan keluhan dari pelanggan.
ü
Memberukan fasilitas kredit atau sewa, contohnya
jasa penyewaan mobil yang menyediakan fasilitas perkreditan laptop kepada
pelanggannya dan masih banyak lagi.
Fungsi bisnis ritel ini tidak
hanya bermanfaat bagi para produsennya melainkan juga para pelanggan yang bisa
membeli produk dalam usaha skal yang lebih kecil.
2.
Kelebihan Bisnis Ritel
Kelebihan bisnis
ritel antara lain:
ü
Modal yang diperlukan cukup kecil namun
keuntungan yang didapat bisa cukup besar, bahkan keuntungan yang didapat bisnis
ritel ini hampir melebihi modal yang dikeluarkan para pengecer.
ü
Pada umumnya lokasi bisnis ritel ini sangat
strategis sehingga memudahkan pelanggan untuk mendapatkan kebutuhan barangnya.
ü
Hubungan antara peritel dan pelanggan sangat
dekat, hal ini dikarenakan terjadinya komunikasi dua arah antara peritel dan
pelanggan.
ü Kelebihan-kelebihan ini sering
menjadi peritel cepat berkembang pesat dalam pengembangan tokonya.
3.
Kekurangan Bisnis Ritel
ü
Pengelolaan toko ritel dengan skala kecil sering
mendapat kurang perhatian dari peritel itu sendiri.
ü
Administrasi atau pembukuan dalam bisnis ritel
ini kurang atau bahkan tidak diperhatikn.
ü
Promosi bisnis ritel sering dilakukan secara
tidak optimal.
PENDAHULUAN
Pemilihan lokasi untuk penempatan took ata bisnis ritel sebenarnya adalah
kombinasi dari ilmu dan seni. Bahkan dengan menggunakan semua analisis, kadang
ritel justru harus mengambil keputusan tentang lokasi terbaik berdasarkan
pengalaman masa lalu. Terutama jika data dan informasi yang dimiliki
bertentangan dengan fakta yang ada dan apa yang harus diputuskan saat ini. Oleh
karena itu, perlu untuk mengetahui terlebih dahulu masalah-masalah apa yang
seharusnya perlu dipertimbangkan ketika menentukan daerah atau area perdagangan
mana yang coock untuk penempatan took atau ritel. Hal-hal yang perlu
dipertimbangkan antara lain bagaimanakah area perdagangan yang sesuai dan
mengapa pemilik ritel harus memilih salah satu dari area perdagangan tersebut,
faktor-faktor apa yang harus dipertimbangkan oleh pemilik ritel ketika
memutuskan memilih tempat atau area perdagangan, bagaimana pemilik ritel dapat
meramalkan penjualan untuk lokasi toko yang baru.
Alasan bahwa keputusan pemilihan lokasi yaitu semakain banyak ritel membuka lokasi baru sedangkan lokasi
yang paling baik sangatlah sulit untuk didapatkan. Permasalahan ini semakin
rumit dengan meningkatnya pertumbuhan populasi dan konstruksi pusat
pembelanjaan baru. Ritel mungkin menemukan lokasi yang nyaman, tetapi dengan
biaya sewa yang tingg, kontrak yang dipersulit dan peralatan yang mahal atau
dihadapkan pada pilihan untuk menata ulang kembali dan menimbulkan adanya
konsekuensi terhadap biaya. Bahkan sering kali fakta menungkapkan bahwa dengan
tanpa menggunakan strategi, hal terpenting adalah meningkatkan upaya untuk
menarik pelanggan, dengan cara melokasikan toko di tempat persimpangan yang
ramai atau di pusat perbelanjaan. Dengan menempatkan lokasi bisnis yang tepat,
akan mengendalikan biaya sewa secara kritis dan memberikan keuntungan yang
berarti.
1.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan
Suatu Wilayah atau Area Perdagangan
Wilayah-wilayah terbaik dan area-area perdagangan adalah tempat-tempat
yang dapat menghasilkan permintaan tertinggi atau penjualan untuk sebuah ritel.
Untuk menakasir permintaan secara keseluruhan dalam suatu wilayah atau pasar
tertentu atau area perdagangan, analis ritel harus mempertimbangkan skala
ekonomi dibandingkan dengan proses kanibalisasi, demografi populasi dan
karakteristik gaya hidup, iklan bisnis yang ada, kompetisi dari ritel lain
dalam wilayah tersebut dan kecenderungan
ritel untuk mengtur toko.
a.
Skala ekonomi versus kanibalisasi
Sebuah ritel seharusnya memilih lokasi terbaik dalam suatu area
perdagangan, tetapi kebanyakan waralaba mengarah pada sebuah area dengan
jaringan pertokoan. Lagipula, skala promosi dan distribusi ekonomi bisa mudah
dicapai dengan lokasi berganda atau multiple.
Biaya memasang sebuah iklan di Koran untuk sebuah ritel dengan 20 toko
dalam suatu area akan sama besarnya dengan biaya iklan yang dikeluarkan untuk
ritel yang hanya memiliki satu toko. Dengan demikian, perlu dipikirkan pula
berapa jumlah toko yang terbaik untuk didirikan dalam suatu area tertentu?.
Dalam kasus ini, sebaiknya ritel harus membuka toko cabang selama margin
pendapatan kembali yang tercapai dengan membuka sebuah toko baru lebih besar
daripada biaya marginal.
Dalam membuka banyak toko dalam area yang sama, dapat menjadi solusi
terhadap toko yang kinerjanya kurang baik. Meskipun strategi ini kelihatannya
tidak masuk akal, tetapi terbukti berhasil untuk Home Depot yaitu sebuah ritel
di bidang peralatan rumah tangga yang cukup besar di Ameika Serikat.
b.
Demografis dan karakteristik gaya hidup
Dalam banyak kasus, area-area dimana populasi bertumbuh, lebih dinikmati
dibandingakan dengan area-area dimana area-area yang menunjukkan penurunan. Beberapa
ritel sering kali mengambil keputusan untuk masuk dalam pusat perbelanjaan yang
baru, untuk mengantisipasi terjadinya permintaan yang cukup besar di sekitar
area pinggiran.
Karakteristik gaya hidup dari populasi mungkin relevan untuk dipahami
dalam menentukan lokasi ritel. Penetapan lokasi tergantung pada sasaran atau
target pasar yang dikejar ritel. Contohnya banyak mahasiswa yang memiliki
pendapatan rendah, namun mereka mungkin saja berasal dari keluarga kaya dan
mereka merupakan konsumen yang relatif terdidik potensial untuk menciptakan
permintaan pada suatu lokasi ritel tertentu.
c.
Iklim bisnis
Penting untuk mengamati tren atau kecenderungan pekerjaan konsumen pada
pasar sasaran ritel karena pekerjaan tertentu identik dengan penghasilan yang
tinggi dan biasanya berarti pula mempunyai daya beli yang lebih tinggi. Hal ini
berguna untuk menentukan area mana yang bertumbuh dengan cepat. Analisis lokasi
ritel harus menentukan bagaimana pertumbuhan seperti itu berlanjut dan
bagaimana hal tersebut mempengaruhi permintaan atas barang dagangan yang
dijual.
d.
Kompetisi
Tingkat kompetisi dalam sebuah area mempengaruhi
permintaan atas barang dagangan ritel. Menurut (Christina, 2012:144) terdapat 3
tingkat kompetisi terdiri dari :
a.
Tingkat kompetisi yang mengalami kejenuhan
Sebuah area perdagangan yang jenuh, menawarkan kepada konsumen sejumlah
pilihan barang dan jasa yang cukup, tetapi memungkinkan ritel untuk terus
berkompetisi dalam mendapatkan keuntungan.
b.
Tingkat kompetisi yang kurang
Strategi yang lain adalah menemukan lokasi area perdagangan yang kurang
toko (understrore trade area) artinya
sebuah area yang hanya terdapat sedikit toko yang menjual barang dan jasa yang
spesifik untuk memenuhi kebutuhan populasi.
c.
Tingkat kompetisi yang berlebih
Area perdagangan dengan toko yang berlebihan (overstore trade area) yaitu memiliki banyak toko yang menjual
barang secara spesifik dan tidak banyak bisa dibedakan oleh konsumen dalam
populasi tersebut.
e. Masalah-masalah
lokasi secara global
Hal yang membuat keputusan lokasi global menjadi lebih sulit dan menarik
secara potensial adalah bahwa mereka yang bertanggung jawab dalam mengambil
keputusan ini adalah mereka yang tidak biasa dengan nuansa daripada masalah
lokasi asing dibandingkan dengan masalah yang sama dengan Negara asalnya.
Contohnya, ragkaian toko di Amerika Serikat umumnya memilki hubungan kerja
dengan sekelompok pengembang local mayoritas sehingga kesulitan dalam
menentukan lokasi di tempat asing menjadi sedikit dapat diantisipasi dan
diatasi.
Lokasi Area Perdagangan
Pemilihan lokasi adalah sebuah keputusna sangat strategis. Sekali lokasi
dipilih, pemilik ritel harus menanggung semua konsekuensi dari pilihan
tersebut. Sebagai contoh sebuah ritel makanan mempertimbangkan lokasi toko di
area yang masih baru. Pemilik ritel memilih dua tempat, bersebrangan dengan
toko lain atau menempati lokasi yang benar-benar baru dengan tanpa pesaing toko
makanan yang lain. Dalam membuat keputusan mengenai pemilihan lokasi,
seharusnya pemilik ritel memikirkan dalam tiga tingkatan yaitu daerah, area
perdagangan, dan tempat yang lebih spesifik.
1.
Daerah merujuk pada suatu Negara, bagian dari
suatu Negara dan kota tertentu
2.
Area perdagangan adalah area geografis yang
berdekatan yang memiliki mayoritas pelanggan dan penjualan sebuah toko, mungkin
bagian dari sebuah kota, atau dapat meluas di luar batas-batas kota tersebut,
tergantung pada tipe-tipe toko dan intensitas dari para pelanggan potensial
disekitarnya.
3.
Tempat yang lebih spesifik dan khusus.
Dalam membuat keputusan-keputusan lokasi toko, para pemilik ritel
seharusnya menguji tiga tingkatan secara serempak dan terintegrasi. Dalam
mennguji ketiga keputusan lokasi secara berurutan, maka akan dijelaskan
terlebih dahulu:
1.
Melihat faktor yang mempengaruhi daya tarik
suatu area perdagangan tertentu
2.
Menguji apa yang dicari pemilik ritel dalam
memilih tempat, seperti target penjualan yang harus dicapai, sehingga dapat
dilakukan pengujian dengan menggunakan beberapa metode peramalan.
Untuk memilih perdagangan tersebut, dapat digunakan
beragam data untuk menganalisis lokasi-lokasi potensial. Terdapat berbagai
metode dan data yang dapat digunakan dalam menganalisis lokasi-lokasi potensial
bagi bisnis ritel, antara lain indeks perkembangan merek, indeks populasi,
kluster prisma dan analisis toko pembanding. Evaluasi mengenai kepadatan
penduduk, tingkat pendapatan rumah tangga, tingkat pendidikan, ukuran rumah
tangga dengan anak-anak, ketertarikan gaya hidup, semua informasi tersebut
dapat digunakan untuk menentukan apakah lokasi perdagangan tersebut sesuai
dengan kriteria yang diharapkan. Seleksi lokasi ritel dalam menentukan area perdagangan
perlu dilakukan aktivitas untuk menentukan segmen yang tepat.
Area dalam perdagangan terbagi menjadi 3 segmen seperti
segmen area perdagangan utama, segmen area perdagangan sekunder, dan segmen
area perdagangan pinggiran, hal tersebut dibagi berdasarkan banyaknya pelanggan
dalam setiap area.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Daya Tarik
Sebuah Lokasi
Masalah-masalah
yang membuat suatu lokasi memiliki daya tarik secara spesifik, akan mengamati
keuntungan aksesibilitas lokasi dan keuntungan secara lokasi sebagai pusatnya.
Berikut penjelasan dari kedua masalah tersebut:
1.
Aksesibilitas
Aksesibilitas suatu lokasi adalah suatu kemudahan bagi konsumen untuk
dating atau masuk dan keluar dari lokasi tersebut. Analisis ini memiliki dua
tahap yaitu:
a.
Analisis Makro
Mempertimbangkan area perdagangan primer, seperti
area dua hingga tiga mil di sekitar lokasi tersebut dalam kasus sebuah
supermarket atau toko obat. Untuk menaksisr aksesibilitas lokasi pada tingkat
makro ritel secara bersamaan mengevaluasi beberapa faktor seperti pola-pola
jalan, kondisi jalan dan halangan-halangan.
b.
Analisis Mikro
Berkonsentrasi pada masalah-masalah sekitar lokasi
seperti arus lalu lintas, parkir, keramaian, dan jalan masuk atau jalan keluar.
2.
Keuntungan secara lokasi dalam sebuah pasar besar
Setelah aksesibilitas pusat telah dievaluasi, analisis
harus mengevaluasi lokasi di dalamnya. Hal ini disebabkan lokasi yang lebih
baik memerlukan biaya yang lebih, ritel harus mempertimbangkan kepentingan
mereka. Contohnya, dalam wilayah pusat perbelanjaan lokasi yang mahal adalah
lokasi yang mendekati supermarket. Toko minuman beralkohol atau sebuah toko
Bungan yang mungkin menarik pembeli yang tergerak hatinya dan seharusnya dekat
dengan supermarket. Pertimbangan lainnya adalah untuk melokasikan toko-toko
yang menarik terhadap target pangsa pasar yang saling berdekatan. Pada intinya,
konsumen ingin berbelanja dimana mereka menemukan sejumlah variasi barang
dagangan yang lengkap.
SUMBER DAYA
MANUSIA DALAM BISNIS RITEL
Manajemen Sumber Daya Manusia
merupakan bidang manajemen yang berfokus pada pengelolaan Sumber Daya Manusia
dengan seefektif mungkin agar diperoleh suatu kesatuan tenaga kerja yang
memuaskan. Manajemen sumber daya manusia sangat penting dalam bisnis ritel,
sebab setiap karyawan memainkan peran atau bagian yang
penting dalam melaksanakan fungsi
pekerjaan dengan baik.
Manajemen sumber daya dalam bisnis
ritel adalah upaya untuk mengelola sumber daya manusia (SDM) ritel serta
hubungannya dengan pelanggan dan kultur tentang ritel hingga menjadi manfaat
kompetitif yang mendukung.
Berbagai posisi karier yang bisa
kita temukan dalam sebuah bisnis ritel, antara lain; Pemilik Ritel, Pengelola Ritel,
Pramuniaga, Kasir, Kepala Gudang, Customer Service, Security, Pemasok Barang Dagangan,
Manajer Keuangan, dan sebagainya. Pendekatan-pendekatan yang secara umum
digunakan untuk memotivasi dan mengkoordinasikan aktivitas karyawan, dan
manajemen praktis untuk membangun
kekuatan kerja secara efektif dan mengurangi tingkat perputaran karyawan. Semua
aktivitas tersebut dilakukan untuk menerapkan strategi sumber daya, perencanaan
sumber daya, termasuk dalam merekrut, menyeleksi, melatih, mengawasi,
mengevaluasi, dan membagi kompensasi penjualan, yang dikerjakan hanya oleh
manajemen.
Pengelolaan sumber daya manusia
dalam ritel sangat menantang, karena pada dasarnya bisnis ritel sangat berbeda
dengan bisnis atau perusahaan pada umumnya.
Ada
beberapa ciri yang dapat dijadikan pembeda yaitu :
a)
Jam kerja karyawan berbeda dengan perusahaan pada
umumnya. Jam buka toko yang paling panjang membuat perusahaan harus
membagi pekerjaan dengan
sistem shift. Toko buka 7 hari dalam seminggu dan
akan ramai pada
hari-hari libur,
membutuhkan komitmen yang
tinggi dari karyawan yang harus membuka tokonya selama 24 jam. Misalnya
pada akhir pekan atau menjelang
hari raya / besar
sehingga harus menambah shift kerja dan karyawan.
b)
Penekanan terhadap kontrol biaya. Kontribusi biaya
karyawan cukup besar pada total biaya toko keseluruhan. Sehingga perlu
sangat hati-hati dalam
merinci secara tepat kebutuhan
karyawan yang efisien sesuai dengan tingkat keahliannya masing-masing.
c)
Perubahan demografis pekerja. Peritel
besar yang beroperasi
secara nasional dan internasional
akan menghadapi tantangan mengenai perubahan
pola demografis karyawan. Hal ini
akan berpengaruh besar
terhadap kinerja kerja dan
kualitas pelayanan dan penjualan.
Dalam pelaksanaan dan pengelolaan sumber daya manusia memerlukan
perencanaan yang matang, hal ini didasarkan pada beberapa
karakter yang harus dimiliki oleh para karyawan / pelaku
ritel, diantaranya adalah :
ü
Memiliki keterampilan analisis. Kemampuan
menyelesaikan masalah dan memiliki
kemampuan numerik untuk menganalisis fakta dan data bagi perencanaan, pengelolaan dan pengawasan.
ü
Memiliki kreatifitas. Mampu untuk menghasikan
ide-ide dan solusi yang
imajinatif, cepat mengenali kebutuhan konsumen dan mampu bertindak dan
mengantisipasi perubahan.
ü
Mampu mengambil keputusan yang cepat dan tepat.
ü
Fleksibel. Mampu berlaku fleksibel terhadap
kejadian sehari-hari agar mampu mengakomodasi perubahan tren, gaya serta sikap
pelanggan.
ü
Inisiatif. Kemampuan melakukan sesuatu yang
dirasa perlu tanpa disuruh.
ü
Leadership. Hormat kepada keputusan, mampu mendelegasikan dan
memberikan panduan kepada orang
lain.
ü
Mampu mengorganisasikan pekerjaan dan menentukan
prioritas.
ü
Berani mengambil resiko dengan pertimbangan,
analisis yang akurat dan bertanggung jawab.
Tahapan Pengelolaan SDM
Dalam
pengelolaan sumber daya manusia, memerlukan tahapan yang harus dilakukan :
1)
Rekrutmen
Merupakan gerbang
awal yang menentukan.
Contoh pada Indomaret
: Rekrutmen dimulai dari penentuan berbagai kriteria SDM yang dibutuhkan, lalu
mempublikasikannya di situs resmi Indomaret, dan juga di media massa cetak,
demi mendapatkan calon karyawan yang tepat dan handal.
Orientasi
2)
Setiap organisasi memiliki budaya, suasana, prinsip
kerja dan nilai-nilai yang berbeda. Pada tahap ini diperkenalkan mengenai
perusahaan, posisi perusahaan, personel perusahaan, hal yang boleh dan tidak
boleh dilakukan, pekerjaan dan alur pekerjaan secara rinci.
Contoh pada Indomaret:
Orientasi dilakukan pada masa awal training agar calon peserta training paham
tentang prinsip kerja dan nilai-nilai yang ada di dalam perusahaan.
3)
Pelatihan
Pelatihan sangat
diperlukan untuk meningkatkan
keterampilan dan pengetahuan karyawan sehingga dapat terjadi
peningkatan kinerja.
Ada
2 (dua) macam pelatihan :
a)
Pelatihan keterampilan teknis
Keterampilan yang
diberikan untuk tampil
melakukan suatu pekerjaan.
Seperti keterampilan komputer dalam penggunaan cash register pada kasir, dan
lain-lain.
b)
Pelatihan antar pribadi
Pelatihan
keterampilan berhubungan dengan sesama karyawan, atasan, bawahan, mitra
perusahaan atau pelanggan.
Contoh pada Indomaret
: Pelatihan pada Indomaret memiliki beberapa perbedaan tergantung kepada jenis
bidang kerja. Namun secara umum, pelatihan dilakukan selama tiga bulan penuh di
lokasi kerja.
4)
Penempatan
Tahap dimana karyawan yang
telah dinilai layak diterima akan ditempatkan kerjanya sesuai divisi yang
dibutuhkan.
Contoh pada Indomaret :
Setelah calon SDM mampu melewati masa training dengan baik, maka ia akan
dipilih dan ditempatkan sesuai dengan bidang pekerjaan yang akan dimasukinya.
Untuk karyawan Indomaret yang masih baru, mereka akan langsung dikontrak untuk
tiga bulan ke depan.
5)
Pemberdayaan
Mendelegasikan pekerjaan
kepada bawahan dengan pengawasan.
Contoh pada Indomaret:
Karyawan yang telah melewati masa training (misal :. kasir) biasanya akan tetap
dibimbing oleh senior/ supervisor-nya selama seminggu. Setelah dia dinilai
cukup mahir dan terampil dalam melakukan tugasnya, maka intensitas bimbingan
terhadapnya akan dikurangi, tapi tidak terlepas dari pengawasan senior/
supervisor.
6)
Continous
Improvement
Setiap hari harus menjadi lebih baik dari hari
kemarin.
Contoh pada Indomaret: Dua kali dalam sebulan,
kesatuan tim dari pusat datang untuk mengontrol seluruh kegiatan fungsional SDM
yang ada di Indomaret. Kontrol ini bertujuan untuk memantau dan menjaga
kestabilan kinerja SDM agar terus- menerus menjadi lebih baik. Apabila
ditemukan kesalahan/ kinerja SDM tidak sesuai dengan standar kerja, maka
kesatuan tim pusat akan melaporkan kepada SM yang akan ditindaklanjuti oleh SM
itu sendiri, karena itu adalah wewenang SM atas karyawan.
Struktur Organisasi pada Bisnis Ritel
Struktur organisasi dalam pengelolaan bisnis
ritel harus mampu mengidentifikasi aktivitas yang dilakukan karyawan dan
menentukan garis otoritas dan tanggung jawabnya dalam perusahaan. Struktur
organisasi dimulai dengan cara menentukan dahulu semua tugas yang ada, setelah
diidentifikasi, dikelompokan dalam bentuk bidang kerja dan ditentukan pula
hubungan timbal baliknya. Struktur organisasi ritel tidak harus selalu baku
untuk setiap perusahaan ritel, struktur
organisasi dapat berbeda antara peritel disesuaikan dengan kebutuhan
masing-masing.
Berbagai
pilihan struktur organisasi adalah sebagai berikut :
1)
Struktur organisasi fungsional
Struktur organisasi
ini disusun berdasarkan fungsi yang dijalankan
masing- masing departemen.
2)
Struktur organisasi berdasarkan produk
Struktur organisasi
yang disusun berdasarkan
barang yang dijual dalam ritel.
3)
Struktur organisasi berdasarkan geografis
Struktur organisasi
ini adalah struktur organisasi yang disusun
berdasarkan wilayah geografis yang dilayani ritel.
4)
Struktur organisasi kombinasi
Struktur organisasi
yang disusun dalam bentuk kombinasi antara fungsional, geografis maupun barang
dagangan yang di jual.
Memotivasi Karyawan Ritel
Ritel
umumnya menggunakan tiga metode untuk memotivasi aktivitas karyawannya, yaitu :
1.
Kebijakan tertulis dan pengawasan karyawan
Hal ini adalah
metode koordinasi yang
paling mendasar karena
dapat dijadikan indikasi dan petunjuk bagi karyawan mengenai
apa yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan.
2.
Insentif
Insentif
biasa dipergunakan peritel untuk memotivasi karyawan dalam melaksanakan
aktivitas yang konsisten dengan sasaran penjualan.
Terdapat 2
(dua) jenis insentif, yaitu :
a. Komisi
Kompensasi yang didasarkan pada rumusan yang
telah ditetapkan perusahaan.
Contoh : komisi di Indomaret telah diberikan
sesuai dengan spesifikasi kerja, apabila ada karyawan yang lembur harus
melaporkannya terlebih dahulu kepada SM/ ASM.
b. Bonus
Kompensasi tambahan yang diberikan secara
periodik berdasarkan evaluasi kerja karyawan.
Contoh : bonus diberikan sesuai dengan hari
besar keagamaan. Misalnya pada saat menjelang hari raya Idul Fitri, karyawan
yang beragama Muslim akan mendapatkan THR. Sementara karyawan yang beragama non
Muslim (Kristen) akan mendapatkan bonus hari Natal.
3. Budaya organisasi
Memotivasi dan mengoordinasi karyawan bertujuan untuk
mengembangkan budaya organisasi kuat. Satuan nilai-nilai, tradisi, kebiasaan
dalam suatu perusahaan yang mendasari perilaku karyawan atau organisasi, seperti
menghargai setiap karyawan, mau mendengarkan bawahan, dan lain-lain.
Contoh pada Indomaret : Budaya yang kuat
terlihat dari kebijakkan Indomaret adalah kerja yang tangkas, bersih, ramah,
dan disiplin.
Membangun Komitmen Karyawan
Tantangan
utama dalam penjualan eceran adalah
untuk mengurangi tingkat keluar
masuk karyawan. Perputaran karyawan yang
tinggi akan mengurangi
penjualan (karena kurang
berpengalaman, kurang pengetahuan akan barang dan kebijakan perusahaan sehingga
tidak mampu berinteraksi secara efektif dengan konsumen) dan meningkat biaya
(rekrutmen dan pelatihan membutuhkan biaya). Beberapa pendekatan yang dilakukan
oleh ritel untuk membangun komitmen timbal balik adalah :
a)
Meningkatkan keterampilan.
b)
Memberdayakan karyawan.
c)
Menciptakan hubungan kemitraan dalam karyawan.
Terdapat
tiga aktivitas manajemen sumber daya manusia yang dapat membangun dan
mengembangkan komitmen karyawan
melalui hubungan kemitraan :
a)
Mengurangi perbedaan
status antar karyawan
b)
Memberikan peluang promosi untuk karyawan lama
c)
Diberlakukan
flextime (sistem penjadwalan pekerjaan yang memungkinkan karyawan memilih
waktu kerja) dan job sharing (dua
karyawan secara sukarela bertanggung jawab atas satu pekerjaan.
PERILAKU KONSUMEN RITEL
Perilaku
konsumen adalah perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli,
menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka
harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka (Schiffman dan Kanuk, 2007).
Perusahaan harus mampu memperkirakan apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan (need and want) pelanggan dengan cara
mengenal dengan baik siapa pelanggan mereka dan mengarahkan kegiatan usaha nya
ke arah yang berorientasi pada konsumen.
Keputusan pembelian
Dalam setiap transaksi antara
penjual dan pembeli, diharapkan tercipta keputusan untuk membeli suatu barang
atau jasa. Setiap keputusan melibatkan alternatif. Pemasar biasanya tertarik
pada perilaku konsumen. Keputusan konsumen adalah preferensi atas merek-merek
yang ada di dalam kumpulan pilihan dan niat konsumen untuk membeli merek yang
paling disukai (Kotler, 2005).
Dalam membeli sutu barang atau
jasa, seorang konsumen harus melewati beberapa tahapan atau proses dalam
keputusan pembelian. Menurut Mowen dan Minor (2002), keputusan konsumen merupakan
semua proses yang dilalui konsumen dalam mengenali masalah, mencari solusi,
mengevaluasi alternatif, dan memilih di antara pilihan-pilihan pembelian
mereka.
Secara umum konsumen mengikuti
suatu proses atau tahapan dalam pengambilan keputusan. Menurut Kotler (2005)
ada lima tahapan dalam pengambilan keputusan pembelian. Yaitu; (1) pengenalan
masalah, (2) pencarian informasi, (3) evaluasi alternatif, (4) keputusan
pembelian, dan (5) perilaku pasca pembelian.
Proses Pembelian Konsumen Model Lima Tahap
Mengenali
|
|
Pencarian
|
|
Evaluasi
|
|
Keputusan
|
|
Perilaku pasca
|
masalah
|
|
Informasi
|
|
Alternatif
|
|
pembelian
|
|
pembelian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1.
Pengenalan
Masalah
Pengenalan
kebutuhan terjadi ketika konsumen menghadapi ketidakseimbangan antara keadaan
sebenarnya dan keinginan. Pengenalan kebutuhan terpicu ketika konsumen diekspos
pada stimulasi internal (rasa haus) atau stimulasi eksternal (promosi, harga,
saluran distribusi/tempat dan promosi).
2.
Pencarian
Informasi
Konsumen
yang terangsang kebutuhanya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih
banyak. Kita dapat membagi nya kedalam dua level rangsangan. (1) Situasi
pencarian informasi yang lebih ringan dinamakan penguatan perhatian. (2) Pada
level selanjutnya, orang itu mungkin mulai aktif mencari informasi. Sumber
informasi konsumen digolongkan ke dalam empat kelompok berikut ini.
a)
Sumber pribadi: keluarga, teman, tetangga, kenalan.
b)
Sumber Komersial: iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan,
pajangan di toko.
d)
Sumber pengalaman: penanganan, pengkajian, dan
pemakaian produk.
3.
Evaluasi
Alternatif
Setelah
mendapatkan informasi dan merancang sejumlah pertimbangan dari produk altenatif
yang tersedia, konsumen siap untuk membuat suatu keputusan. Konsumen akan
menggunakan informasi yang tersimpan dalam ingatan, ditambah dengan informasi
yang diperoleh dari luar untuk membangun suatu kriteria tertentu.evaluasi
sering mencerminkan keyakinan dan sikap. Melalui bertindak dan belajar, orang
mendapatkan keyakinan dan sikap. Keduanya kemudian mempengauhi perilaku
pembelian mereka.
Beberapa konsep
dasar akan membantu kita memahami proses evaluasi konsumen. (1) konsumen
berusaha memenuhi kebutuhan. (2) konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi
produk. (3) konsumen memandang masing-masing produk sebagai sekumpulan atribut
dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang digunakan
untuk memuaskan kebutuhan itu.
Sejalan dengan
evaluasi atas berbagai macam alternatif, konsumen dapat memutuskan produk mana
yang akan dikonsumsi dan dapat memuaskan kebutuhannya. Kepuasan akan produk
yang diputuskan untuk di konsumsi akan tercapai jika suatu produk sesuai dengan
keinginan dan harapan dengan pertimbangan berbagai macam alternatif.
5.
Perilaku
Pasca Pembelian
Setelah pembelian
dan mengkonsumsi produk yang di konsumsi. Konsumen akan mengalami kesesuaian
dan ketidaksesuian dengan fitur-fitur tertentu pada produk. Semakin besar
kesenjangan antara harapan dan kinerja, semakin besar ketidakpuasan konsumen.
kepuasan dan ketidakpuasan konsumen terhadap suatu produk akan mempengaruhi
perilaku selanjutnya.
Jika puas,
konsumen akan menunjukan kemungkinan yang lebih tinggi untuk kembali membeli
produk tersebut. Pelanggan yang puas juga cenderung menceritakan hal-hal yang
baik tentang merek-merek tersebut kepada orang lain. Pelanggan yang tidak puas
mungkin membuang atau mengembalikan produk tersebut. Mereka mungkin mengambil
tindakan publik seperti mengajukan keluhan ke perusahaan tersebut, pergi ke
pengacara, atau mengadu ke kelompok-kelompok lain (seperti lembaga bisnis,
swasta, dan pemerintah).
Keputusan Pembelian Konsumen Ritel
Menurut
Peter Dan Olson (dalam Simamora, 2003) khusus dalam pembelian ritel terdapat
pola perilaku tertentu dan alternatif berbeda. pola perilaku ini terbagi
menjadi tujuh kategori, dimana masing-masing kategori dapat berubah urutanya.
Karena pada dasarnya setiap manusia berbeda maka perilkunya pun berbeda
walaupun perilaku tersebut relatif sama.
Untuk
lebih jelas dan rincinya bisa dilihat gambar di bawah ini :
Sumber : Peter dan Olson dalam Simamora (2003), diolah.
STRATEGI PEMASARAN RITEL
Kegiatan pemasaran pada umumnya
merupakan kegiatan yang diartikan secara sederhanan sebagai kegiatan memasarkan
barang atau jasa umumnya kepada masyarakat, dan khususnya kepada pembeli
potensial. Kegaitan dalam pemasaran mendorong pola yang tertata dalam suatu
sistem yang disebut ilmu dan juga didirong oleh improvisasi dan kreativitas
disebut seni. Pemasaran ritel sebagai kegiatan pemasaran dalam perdagangan
eceran menggabungkan kedua unsure tersebut dalam mengaplikasikan kegaitan nya.
Lebih jauh mengenai strategi
pemasaran ritel Utami (2006) menjabarkan definisi Strategi pemasaran ritel
dalam 3 hal sebagai berikut:
1.
Pasar sasaran (target
market), yaitu segmen-segmen pasar yang direncanakan untuk dilayani terkait
dengan aktivitas memfokuskan sumber daya yang harus disiapkan oleh ritel.
2.
Format yang direncanakan akan digunakan akan digunakan
untuk memenuhi kebutuhan target pasar. Format ritel adalah gabungan ritel yang
didasarkan pada sifat atau ciri barang dan jasa yang ditawarkan, kebijakan
penentuan harga, pemasangan iklan dan program promosi, desain toko, dan lokasi
khusus.
3.
Dasar perencanaan ritel untuk memperoleh keunggulan
bersaing yang dapat dipertahankan (sustanaible
competitive advantage), atau keuntungan dan persaingan yang dapat
dipertahankan dalam jangka panjang.
Dengan
demikian tiap strategi ritel akan meliputi (1)
pemilihan segmen target pasar dan penentuan format ritel dan (2)
pengembangan keunggulan bersaing yang memungkinkan ritel untuk mengurangi
tingkat kompetensi yang dihadapi.
Manajemen Strategi Untuk Pemasaran Ritel
Industri
ritel terus berubah seiring dengan perubahan teknologi, perkembangan dunia
usaha serta kebutuhan konsumen. Bisnis ritel adalah keseluruhan aktifitas
bisnis yang terkait dengan penjualan dan pemberian layanan kepada konsumen
untuk penggunaan yang sifatnya individu sebagai pribadi maupun keluarga. Agar
berhasil dalam pasar ritel yang kompetitif, pelaku ritel harus dapat menawarkan
produk yang tepat, harga yang tepat, waktu dan tempat yang tepat pula. Oleh
karena itu, pemahaman terhadap pelaku ritel terhadap karakteristik target pasar
atau konsumen yang akan dilayani merupakan hal yang sangat penting. Dalam
operasionalnya pelaku ritel menjalankan beberapa fungsi antara lain membantu
konsumen dalam menyediakan berbagai produk dan jasa. Menjalankan fungsi memecah
maupun menambah nilai produk, secara keseluruhan pengelola bisnis ritel
membutuhkan implementasi fungsi-fungsi manajemen secara terintegrasi baik
fungsi keuangan, pemasaran, sumber daya manusia, maupun operasional.
Sehingga pelaku ritel dapat memahami
secara penuh tentang lingkup bisnis ritelnya, cara strategi pengembangannya dan
memanajemen bisnisnya. Konsep Ritel adalah orientasi manajemen yang memfokuskan
ritel dalam menentukan kebutuhan target pasar serta memenuhi kebutuhannya
dengan lebih efektif dan efisien. Ritel yang berhasil harus memenuhi kebutuhan
pelanggan pada segmen pasar yang dilayani secara lebih baik daripada yang
dilakukan oleh pesaing. Tugas utama dalam mengembangkan bisnis ritel adalah
menetapkan sasaran pasar, proses ini di awali dengan menetapkan segmentasi
pasar. Prinsip dasar pada ritel modern yang terdiri dari 4P:
a. Product (Produk)
Produk menurut Kotler dan Armstrong (200) adalah segala sesuatu yang di
tawarkan kepasar untuk diperhatikan, dimiliki, digunakan atau dikonsumsi yang
dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Menurut Porter (1996) “Keunggulan
suatu produk agar dapat diterima dan bertahan dipasar ditentukan oleh ciri-ciri
khas atau keunikan produk tersebut dibandingkan dengan produk yang lain yang
ada dipasar.
b. Price (Harga)
Strategi dalam penetapan harga bias dilakukan dengan beberapa cara,
misalnya: Harga building, harga predatory, harga berbasis kompetisi, harga cost
plus, harga berorientasi pasar, harga premium, harga psikologis, harga dinamis
(Kotler and Armstrong: 2010). Ada tiga pihak yang menjadi dasar pertimbangan
dalam penetapan harga oleh sebuah perusahaan ritel yaitu: konsumen, dirinya
sendiri dan pesaing. Menurut Ma’ruf (2005). Implementasi strategi harga antara
lain:
ü
Penetapan harga secara tetap untuk periode waktu
tertentu dan harga yang di tetapkan secara variatif sesuai fluktuasi tingkat
permintaan konsumen.
ü
Penetapan harga ganjil seperti: Rp 99.000,- Rp 199.000,- Rp 749.000,-
ü
Leader pricing, penetapan harga dimana profit
marginnya lebih rendah daripada tingkat yang biasa diraih bertujuan untuk
menarik konsumen yang lebih banyak.
ü
Penetapan harga paket, yaitu harga yang didiskon
untuk penjualan lebih dari satu unit per-itemnya.
ü
Harga bertingkat, ini diberlakukan untuk produk
yang mempunyai banyak model dan harga yang beragam.
c. Promotion (Promosi)
Menurut philip Kotler (1997: 153) proses keputusan pembelian dipengaruhi
oleh rangsangan pemasaran dan rangsangan lain. Bauran promosi yang meliputi
periklanan (Advertising), penjualan pribadi (Personal Selling), hubungan
masyarakat (Public Relation) dan publisitas (Publicity), promosi penjualan
(Sales Promotion) dan pemasaran langsung (Direct marketing) adalah bagian dari
rangsangan pemasaran yang merupakan variabel yang dapat di control oleh
perusahaan. Menurut Schoell (1993: 424) “Tujuan promosi adalah memperoleh
perhatian, mendidik, mengingatkan dan menyakinkan.
d. Place (Tempat/Lokasi)
Saluran pemasaran adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung
yang terlibat dalam proses menjadikan barang dan jasa siap digunakan atau
dikonsumsi (Kotler: 2002). Menurut Losch, lokasi penjualan sangat berpengaruh
terhadapa jumlah konsumen yang dapat digarapnya. Semakin jauh dari tempat
penjual, konsumen semakin malas membeli karena biaya transportasi untuk mendatangi
tempat penjual semakin mahal. Losch cenderung menyarankan agar lokasi produk
berada dipasar atau dekat dengan pasar.
Lokasi merupakan factor factor
terpenting dalam pemasaran ritel. Pada lokasi yang tepat, sebuah gerai akan
lebih sukses dibandingkan gerai lainnya yang berlokasi kurang strategis,
meskipun keduanya menjual produk yang sama dengan pramuniaga yang sama
terampilnya dan mempunyai citra toko yang bagus. Strategi pemasaran yang baik
juga harus didukung dengan kualitas pelayanan yang baik. Menurut Christopher H.
Lovelock et.al (1996) menyatakan bahwa kualitas pelayanan merupakan bentuk
pelayanan yang harus disesuaikan dengan harapan dan kepuasan konsumen didalam
memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka. Salah satu cara perusahaan untuktetpa
dapat unggul bersaing dengan memberikan pelayanan dengan kualitas yang lebih
tinggi dari pesaingnya secara konsisten. Harapan konsumen dibentuk oleh
pengalaman masa lalunya, pembicaraan dari mulut kemulut serta promosi yang
dilakukan kemudian dibandingkannya. Menurut Payne (2000) membentuk model
kualitas pelayanan yang menyoroti syarat-syarat utama memberikan kulaitas
pelayanan diantaranya adalah:
§
Kesenjangan antara harapan konsumen dengan
persepsi manajemen
§
Kesenjangan antara persepsi manajemen terhadap
harapan konsumen dengan spesifikasi terhadap kualitas pelayanan
§
Kesenjangan antara spesifikasi kualitas
pelayanan dan penyampaian pelayanan
§
Kesenjangan antara pelayanan yang di sarankan
dan pelayanan yang di harapkan
Menurut Zeithaml and Bitner (2003) “Kualitas pelayanan mencerminkan
evaluasi persepsi konsumen tentang elemen-elemen jasa (Kualitas interaksi,
kualitas lingkungan fisik dan kualitas hasil), kemudian elemen-elemen jasa akan
dievaluasi berdasarkan dimensi kualitas pelayanan yangspesifik antara lain: Kehandalan,
daya tangkap, jaminan, kemudian dalam
melakukan hubungan dan bukti langsung.
Hal-hal penting yang harus
diperhatikan dalam bisnis ritel untuk mengembangkan keunggulan bersaing adalah:
1. Loyalitas konsumen
Loyalitas konsumen berarti kesetiaan konsumen utnuk berbelanja di lokasi
ritel tertentu. Mempunyai kosnumen yang loyal adalah metode yang penting dalam
mempertahankan keuntungan dari para pesaing, jika memiliki konsumen yang loyal
berarti konsumen memiliki keengganan untuk menjadi pelanggan pada ritel-ritel
pesaing.
2. Program loyalitas
Program loyalitas adalah bagian dari keseluruhan manajemen hubungan
antara konsumen, program ini sudah umum dijalankan dalam bisnis ritel, program
loyalitas bekerja sama dengan manajemen hubungan pelanggan/Customer
Relationship Marketing (CRM). Anggota anggota program loyalitas diketahui saat
mereka membeli, karena mereka menggunakan beberapan tipe kartu loyalitas,
informasi pembelian disimpan dalam database yang besar, dari database dapat
diketahui jenis-jenisbarang apa yang dibeli oleh konsumen, dengan menggunakan
cara ini pelaku ritel dapat menyesuaikan berbagai penawaran untuk memenuhi
kebutuhan konsumen yang loyal dengan baik. Beberapa pelaku ritel yang telah
menggunakan program ini seperti: Alfa dengan AFC (Alfa Family Club), Carrefour
dengan kartu belanja (KB) Carrefour, matahari dengan MMC (Matahari Club Card)
dan masih banyak contoh lainnya.
3. Lokasi
Lokasi adalah factor utama dalam pemilihan toko konsumen, ini juga
keunggulan bersaing yang tidak mudah ditiru.contohnya: Starbucks: mereka
menciptakan keberadaan pasar yang sulit untuk disaingi, Carrefour: mereka
selalu menetukan lokasi yang strategis.
Pemilihan lokasi yang tepat mempunyai keuntungan yaitu:
ü
Merupakan komiten sumber daya jangka panjang
yang dapat mengurangi fleksibilitas masa depan ritel itu sendiri.
ü
Lokasi akan mempengaruhi pertumbuhan bisnis
ritel dimasa yang akan dating, area yang dipilih haruslah mampu untuk tumbuh
dari segi ekonomi sehingga dapat mempertahanakan kelangsungan toko saat awal
atupun masa yang akan datang.
Penentuan lokasi dapat dimulai dengan memilih komunitas, keputusan ini
sangat bergantung pada potensi pertumbuhan ekonomi dan stabilitas maupun
persaingan serta iklim politik. Selain itu juga geografis sangat menentukan.
4. Manajemen Sumber Daya Manusia
Ritel adalah bisnis tenaga kerja intensif, para pegawai memiliki peranan
penting dalam memberikan layanan pada konsumen dan membangun loyalitas
konsumen.
5. Sistem Distribusi Dan Informasi
Semua ritel berusaha untuk mengelola usaha secara efisien, mereka terus
memenuhi kebutuhan konsumen dan pada saat yang memberi atau memutuskan untuk menggunakan
kesempatan guna menarik perhatian konsumen dari para pesaing dengan menawarkan
jasa, barang dan penyajian visual yang lebih baik.
6. Barang-barang Unik
Mengembangkan merek-merek berlabel (Juga disebut merek-merek toko) yang
merupakan produk-produk yang dikembangkan dan dipasarkan oleh ritel dan hanya
tersedia dari ritel tersebut.
7. Layanan konsumen
Dibutuhkan waktu dan usaha untuk membangun sebuah tradisi dan reputasi
untuk layanan konsumen, karena layanan konsumen yang bagus merupakan asset
strategis yang sangat berharga. Ritel yang berhasil harus memenuhi kebutuhan
pelanggan pada segmen pasar yang dilayani secara lebih baik daripada yang
dilakukan pesaing. Pasar ritel bukan merupakan tempat khusus dimana para
pembeli dan penjual bertemu, tetapi sebagai kelompok konsumen dengan
kebutuhan-kebutuhan yang sama (Segmen pasar) dan sekelompok ritel yang menggunakan
format ritel yang sama untuk memenuhi kebutuhan konsumen tersebut. Pasar
sasaran dalam ritel sering kali ditetapkan berdasarkan faktor demografis,
geografis dan psikografis. Menetapkan pasar sasaran merupakan syarat untuk
menetapkan strategi bauran ritel. Bauran ritel atau disebut dengan retail mix
adalah kombinasi elemen-elemen produk, harga, lokasi, personalia, promosi dan
presentasi atau tampilan untuk menjual barang dan jasa pada konsumen akhir yang
menjadi target pasar.
DESAIN DAN LAYOUT
Desain
toko merupakan salah satu strategi penting dalam bisnis ritel. Suasana yang
didesain akan membuat pelanggan merasa betah berada dalam suatu toko atau
gerai. Penampilan gerai mampu memposisikan toko eceran dalam benak konsumen.
Desain gerai yang akan menghasilkan suasana yang nyaman dan menarik bagi setiap
kunjungan konsumen dalam berbelanja: menurut pendapat Levy and Weitz (2001)
atmosfer dalam gerai adalah:
Atmospheric refers to the design of
an environment via visual communications, lighting, colors, music, and scent to
stimulate customers perceptual and emotional responses and ultimately to affect
their purchase behavior.
Menurut Berman and Evans (2001) mendefinisikan store atmosphere bahwa “Atmosphere refers to the store’s physical
characteristics that are used to develop
an image and draw customers”. Yang paling penting dalam desain toko menurut Ma’ruf (2005) adalah “pada
initinya, desain toko bertujuan memenuhi syarat fungsional sambil menyediakan
pengalaman berbelanja yang menyenangkan sehingga mendukung terjadinya
transaksi”.
Menurut Utami (2006) ada empat tujuan yang perlu
diperhatikan dalam merancang desain toko, yaitu:
Untuk tujuan memenuhi tujuan
pertama, para manajer ritel harus menentukan pelanggan sasaran dan kemudian
merancang toko yang melengkapi kebutuhan pelanggan.
b)
Desain harus mempengaruhi perilaku konsumen secara
positif
Untuk memenuhi tujuan kedua dalam
memengaruhi keputusan pelanggan untuk membeli, para peritel berfokus pada
masalah desain toko dan perencanaan ruangan.
c)
Desain harus mempertimbangkan biaya dan nilai
Ritel mengembangkan peta yang disebut
planogram yang menjelaskan lokasi barang berdasarkan keuntungan dan
faktor-faktor lain. Apabila mempertimbangkan masalah suasana desain toko, para
peritel harus menimbang biaya-biaya untuk strategi tersebut dan berbagai
masalah ketertarikan pelanggan.
d)
Desain harus fleksibel.
Fleksibel bisa memiliki dua bentuk:
kemampuan untuk memindahkan komponen toko secara fisik dan kemudahan pada
komponen yang bisa dimodifikasi. Sekarang ini, sebagian besar toko dirancang
dengan fleksibilitas.
Menurut Ma’ruf (2005) menjelaskan bahwa “desain toko mencakup desain di
lingkungan toko, yaitu mencakup eksterior, lay-out,
dan ambience”. Desain eksterior
mencakup wajah gerai atau store front, Marquee, pintu masuk, dan jalan masuk. Lay-out atau tata letak berkaitan erat
dengan lokasi ruang guna penempatan produk yang dijual. Ambience adalah suasana dalam toko yang
menciptakan perasaan tertentu dalam diri pelanggan yang ditimbulkan dari
penggunaan unsur-unsur desain interior, pengaturan cahaya, tata suara, sistem
pengaturan udara, dan pelayanan.
1.
Eksterior
Ada beberapa unsur sehubungan dengan desain eksternal:
Store front: desain eksternal yang
menunjukan ciri khas dari kombinasikan
dengan warna dan nama gerai yang dibuat dengan khas sesuai karakter perusahaan
masing-masing dapat segera terasa perbedaannya.
Marquee: simbol baik yang hanya
berupa tulisan beserta gambar maupun
yang diwujudkan ke bentuk 3 dimensi.
Pintu masuk: gerai kecil hanya memiliki satu pintu masuk . tetapi gerai
menegah dan besar memiliki sedikitnya dua pintu, yaitu pintu utama dan pintu
akses dari lahan parkir.
Jalan masuk: jalan masuk bisa dibuat lebar, sedang, atau sempit. Itu
bergantung dari kebijakan yang dianut peritel.
2.
Atmosfer/Ambience
Penataan interior dapat sangat mempengaruhi konsumen dari segi visual,
sensual, dan mental sekaligus. Atmosfer dan ambience dapat tercipta melalui
aspek-aspek berikut ini:
b. Tactile: yang berkaitan dengan sentuhan
tangan atau kulit: softness, smothness,
temperatur.
c. Olfactory, yang berkaitan dengan
bebauan/aroma : scent, Freshness.
d. Aural, yang berkaitan dengan suara:
volume. Pitch, tempo.
3.
Lay-out
Pengaturan dan penataan ruang memberikan suasana yang akan membuat
konsumen merasa nyaman dan memberikan kemudahan dalam berbelanja dalam memilih
dan mencari produk-produk yang dibutuhkan. Ada beberapa macam lay-out dalam
bisnis ritel yang biasa digunakan:
a. Gridiron lay-out: pola lurus (pola
gridiron) atau pola grid) seperti gambar
berikut ini banyak dipakai gerai seperti minimarket, supermarket, dan
hypermarket. Pola lurus menguntungkan dalam hal kesan efisien, lebih banyak
menampung barang yang dipamerkan, mempermudah konsumen untuk berhemat waktu
berbelanja.
Gridiron Lay-out
Rak/
gantungan
Pintu masuk
b. Free Flow Lay-out: pola ini biasa nya untuk gerai kecil. Tata letak seperti ini menguntungkan dalam hal memberi
kesan bersahabat dan mendorong konsumen untuk bersantai dalm memilih.
Free Flow Lay-out
Rak/
gantungan
Pintu masuk
c. Boutique lay-out: tata letak butik merupakan versi yang sama dengan tata letak arus bebas, kecuali bahwa
bagian-bagian atau masing-masing department diatur seolah-olah toko specialty
yang terdiri sendiri. Tata letak ini memerlukan biaya yang lebih dibandingkan
dengan desain lay-out lainya karena pengaturanya disesuaikan dengan target market
yang bebeda-beda dalam gerai yang sama.
Boutique Layout
Rak/
gantungan
Pintu masuk
d. Guided shopper flows: tata letak
berpenuntun terbilang tata letak yang sedikit
dianut. Tata letak ini membuat pelanggan mendapat diarahkan melalui jalan yang diciptakan
sehingga salah satu kerugianya adalah kelelahan sebagai pelanggan. Tetapi para
pelanggan mereka mendapatkan suguhan pilihan produk dalam ragam dan jumlah item
yang besar.
HARGA
Pengertian Harga
Harga biasa diungkapkan dengan
berbagai istilah, misalnya iuran, tarif, sewa, bunga, premium, komisi, upah dan
sebagainya. Suatu perusahaan harus menetapkan harga untuk pertama kali ketika
perusahaan tersebut mengembangkan atau
memperoleh suatu produk
baru. Dari sudut
pandang pemasaran, harga merupakan satuan moneter atau ukuran
lainnya yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau pengguna suatu
barang atau jasa.
Dalam arti yang sempit, harga
adalah jumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa. Dalam arti
luas, harga adalah jumlah dari seluruh nilai yang ditukar konsumen atas manfaat
memiliki dan menggunakan produk atau jasa tersebut. Menurut Kotler (2003:82)
kebijaksanaan penetapan harga yang dilakukan oleh pengecer merupakan
faktor positioning yang
penting, dan harus
ditetapkan dengan
mempertimbangkan target pasar dan jasa yang ditawarkan dan persaingan
dengan pengecer lain.
Semua pengecer senantiasa
berkeinginan menetapkan harga yang tinggi dengan volume yang tinggi
pula.
Menurut
Kotler dan Amstrong dalam Setiyaningrum (2015 : 128), mendefinisikan harga
sebagai sejumlah uang yang diminta untuk suatu produk atau suatu jasa. Secara
lebih luas dapat dikatakan bahwa harga ialah jumlah semua nilai yang diberikan
oleh konsumen untuk memperoleh keuntungan (benefit)
atas kepemilikan atau penggunaan suatu produk dan jasa. Secara historis, harga
menjadi faktor utama yang mempengaruhi pilihan seorang pembeli. Namun, pada
dekade ini faktor-faktor non harga dinilai penting. Meskipun demikian, harga
masih merupakan salah satu elemen terpenting yang menentukan pangsa pasar dan
tingkat keuntungan perusahaan.
Didalam ekonomi teori Alma (2013 : 169) pengertian harga, nilai dan utility,
merupakan konsep yang saling berhubungan. Yang dimaksud dengan utility ialah
suatu atribut yang melekat pada suatu barang, yang memungkinkan barang
tersebut, dapat memenuhi kebutuhan (needs),
keinginan (wants) dan memuaskan
konsumen (satisfaction).
Sasaran (Objectives) Penetapan Harga
Penetapan harga dibagi dalam
beberapa sasaran, tetapi disini sasaran penetapan harga dipilih sebagai berikut
: sasaran untuk mendapatkan keuntungan (profitability
objectives), sasaran untuk memperoleh volume yang besar (volume objectives), sasaran untuk
menghadapi persaingan (meeting competition objectives), dan sasaran prestise
(prestige objectives) Boone & Kurtz dalam Setyaningrum (2015 : 129). Dalam
sasaran untuk mendapatkan keuntungan, pemimpin perusahaan harus menentukan
harga untuk memperoleh keuntungan. Dalam pasar selalu ada kecendrungan orang
memasang harga yang terlalu tinggi dan yang lainnya meminta harga yang lebih
rendah. Bagi konsumen, yang penting adalah mendapatkan barang sesuai dengan
harga yang dianggapnya adil, dalam arti
mendapatkan barang sesuai dengan nilai yang sebenarnya.
Tujuan
Penetapan Harga
Dalam menentukan tingkat harga
yang akan dipilih terhadap produknya, perusahaan hendaknya
menetapkan tujuan penetapan
terlebih dahulu.
Dalam bukunya syihabudin
(90:2008)Harga peritel meupakan faktor utama penentuan posisi dan harus
diputuskan sesuai pasar sasarannya, bauran ragam produk dan pelayanan, serta
kondisi persaingan.
Menurut Philip Kotler (2003:109), tujuan penetapan harga bagi perusahaan
antara lain:
1.
Kelangsungan Hidup
Perusahaan dapat mengejar kelangsungan hidup sebagai tujuan utamanya jika
mengalami kelebihan kapasitas, persaingan ketat atau keinginan konsumen
yang berubah-ubah. Untuk
menjaga agar pabrik
tetap beroperasi dan perusahaan terus
berputar, mereka akan
menurunkan harga. Laba
kurang penting dibandingkan kelangsungan
hidup. Selama harga
dapat menutupi biaya variabel dan
sebagian biaya tetap, perusahaan dapat terus berjalan. Tetapi kelangsungan
hidup hanyalah tujuan jangka pendek. Dalam jangka panjang, perusahaan harus
belajar meningkatkan nilainya atau ia akan punah.
2.
Laba sekarang maksimum
Banyak perusahaan mencoba untuk menetapkan yang akan memaksimalkan
laba sekarang. Mereka
memperkirakan permintaan dan
biaya yang akan berkaitan dengan
berbagai alternatif harga
dan memilih harga
yang menghasilkan harga sekarang, arus kas atau pengembalian investasi
yang maksimal. Terdapat masalah
yang berkaitan maksimisasi
laba sekarang. Strategi ini
mengasumsikan bahwa perusahaan mengetahui permintaan dan biaya :
dalam kenyataannya keduanya
sukar diperkirakan. Juga
dengan menekan kinerja keuangan
sekarang perusahaan mungkin
menghasilkan kinerja jangka panjang.
Mengabaikan pengaruh berbagai
variabel, bauran pemasaran lain,
reaksi pesaing, dan pembatasan` hukum dan harga.
3.
Pendapatan sekarang maksimum
Beberapa perusahaan menetapkan
harga yang akan
memaksimalkan pendapatan
penjualan. Maksimisasi pendapatan
hanya membutuhkan perkiraan
fungsi permintaan. Banyak manajer percaya bahwa maksimisasi pendapatan akan
menghasilkan laba jangka panjang dan pertumbuhan pangsa pasar.
4.
Pertumbuhan Penjualan Maksimum
Beberapa perusahaan ingin memaksimalkan unit penjualan. Mereka percaya
bahwa volume penjualan yang lebih tinggi akan menghasilkan biaya per unit
yang lebih rendah
dan laba jangka
panjang yang lebih
tinggi. Mereka menetapkan harga
terendah, dengan berasumsi bahwa pasar peka terhadap harga. Ini disebut
penetapan harga penetrasi pasar.
Faktor-faktor
dalam Penetapan Strategi Harga
Menurut Hendri Ma’ruf (2005:163)
faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penetapan strategi harga adala
sebagai beikut :
·
Tujuan Penetapan Harga
Tujuan untuk mencapai laba adalah tujuan yang berlaku secara universal.
Peritel kecil di Indonesia umumnya berada dalam situasi survival mempunyai dua
tujuan saja, yaitu mendapatkan laba dan memperbesar penjualan dengan cara memperkecil
marjin laba. Sementara,
peritel besar tidak
cukup mempunyai tolak ukur
laba dan penjualan,
melainkan juga return
on investment, dan perolehan tunai secepatnya pada saat-saat
tertentu.
·
Kebijakan
Kebijakan harga harus ada.
Peritel kecil cukup memiliki
kebijakan yang sederhana seperti “saya ngikut aja harga umum” atau “saya
akan pakai harga umum sebagai patokan tapi untuk produk tertentu akan saya jual
dengan harga lebih murah”. Tetapi, peritel menengah dan besar harus memiliki
kebijakan harga agar tim/staff
yang bertugas menetapkan/memasang harga
punya patokan.
·
Strategi Harga
Stratgi harga dapat digolongkan pada tiga orientasi, yaitu orientasi demand (permintaan) konsumen, orientasi
biaya, dan orientasi persaingan.
Strategi Penetapan Harga
Penetapan harga dan
persaingan harga adalah
masalah utama yang dihadapi dalam semua lingkungan bisnis
terutama bisnis ritel. Menurut Christina Whidya Utami (2008:95) : ”Keputusan penetapan
harga semakin penting karena pelanggan
saat ini cenderung mencari nilai barang (value) ketika mereka membeli barang
dagangan atau jasa.”
Pada umumnya, mereka menetapkan harga rendah untuk beberapa jenis produk
yang berfungsi sebagai penarik pengunjung atau sebagai pemimpin keurugian.
Mereka juga melakukan obral diwaktu-waktu tertentu.(sopiah, 2008:90)
A.
Pendekatan dalam penetapan harga
Setelah strategi penetapan harga, yang perlu
ditetapkan oleh ritel adalah harga untuk setiap item dengan memperhatikan harga jual impas, permintaan
dan persaingan. Harga pada retailer store bervariasi, ada ritel yang memasang
harga mati dan ada pula yang menetapkan harga fleksibel atau dapat ditawar
untuk barang-barang yang dibutuhkan
konsumen rumah tangga.
Dalam pasar ritel sekarang, terdapat dua strategi
penetapan harga yang berlainan menurut Christina Whidya Utami (2008:98) yaitu
sebagai berikut:
1.
Penetapan
harga rendah setiap
hari (EDLP/Every Day Low Pricing)
Penetapan
harga rendah setiap
hari (EDLP); everyday low
pricing) yang menekankan
kontinuitas harga ritel pada level antara harga non obral regular dan harga
obral diskon besar pesaing ritel (tak selalu berarti termurah). Menurut Gartner
(2004) strategi penetapan harga EDLP dapat ditingkatkan dengan cara:
1)
Mendapatkan harga yang lebih akurat.
Produk-produk yang dijual dengan menggunakan strategi penetapan harga
EDLP memiliki margin keuntungan yang sangat sedikit sehingga memerlukan tingkat
visibilitas rinci ke biaya dan permintaan. Menggabungkan perhitungan biaya
berbasis aktivitas (untuk mengidentifikasi biaya rinci) pada tingkat toko
dengan harga perhitungan elastisitas diperbolehkan sekarang dengan beberapa
optimasi teknologi harga. Hal ini dapat membantu peritel mencapai tingkat biaya
yang akurat dan rincian yang diperlukan untuk strategi penetapan harga EDLP
yang lebih efektif. Kantor pengecer Staples telah menggunakan biaya rinci untuk
mendapatkan margin produk yang benar. Staples menemukan bahwa beberapa produk
dengan margin yang tinggi seperti furniture kantor tidak menghasilkan banyak
margin bersih seperti yang diharapkan ketika semua biaya yang ada
diperhitungkan.
2)
Lebih baik tidak menggunakan diskon promosi harga
Optimasi teknologi promosi membantu pengecer memahami efek promosi yang
digunakan tanpa mengurangi harga. Sebagai contoh, menampilkan produk yang
menggunakan strategi penetapan harga EDLP di media iklan atau lainnya akan
meningkatkan volume penjualan. Sebagai contoh, menampilkan produk dengan harga
edlp pada berbagai media periklanan akan menghasilkan peningkatan volume.
Dengan meningkatnya volume, maka akan berefek pada produk pengganti dan produk
lintas-penjual sehingga dapat membantu pengecer dalam mempromosikan produk edlp
mereka.
Pada dasarnya strategi penetapan harga EDLP dilakukan oleh peritel untuk
meningkatkan volume penjualan terhadap produk-produk tertentu. Strategi
penetapan harga EDLP biasanya dilakukan dengan menurunkan harga jual produk
hingga di bawah harga pasar, dengan demikian konsumen akan menjadi tertarik
terhadap harga yang ditawarkan oleh peritel. Karena dalam strategi penetapan
harga EDLP peritel berusaha untuk menekan harga lebih rendah dibandingkan
dengan harga pasar, maka hanya peritel-peritel besar yang dapat melakukan
strategi ini, hal ini dikarenakan peritel besar memiliki posisi tawar yang
lebih kuat untuk dapat menekan produsen yang disebabkan peritel besar selalu
membeli produk dari produsen dalam jumlah yang besar (Ellickson dan Misra,
2008). Contohnya peritel yang sering melakukan strategi penetapan harga EDLP di
Indonesia adalah peritel besar seperti Carrefour, Giant, dan LotteMart,
peritel-peritel tersebut sering memberlakukan strategi penetapan harga EDLP
bagi produk-produk mereka, khususnya produk-produk private label mereka.
2.
High atau low pricing (HLP)
High atau low pricing (HLP) ritel menawarkan harga
yang kadang di atas EDLP pesaing dengan memakai iklan untuk mempromosikan obral
dalam frekuensi yang cukup tinggi. Strategi penetapan harga High-Low berakar
pada kemampuan untuk menarik pengunjung untuk meningkatkan jumlah barang yang
dibeli dalam keranjang belanja. Optimasi teknologi harga dan promosi membantu
pengecer mengidentifikasi dan mengukur hubungan antara produk, yang mana pada
akhirnya peritel akan dapat memilih produk-produk mana yang dapat dipromosikan
pada saat-saat tertentu untuk meningkatkan volume penjualan produk tersebut
(Gartner, 2004). Menurut Gartner (2004) strategi penetapan harga High-Low dapat
ditingkatkan dengan cara:
1)
Meningkatkan jumlah harga berdasarkan zona/wilayah.
Banyak dari pengecer yang menggunakan optimasi harga atau penurunan harga
telah meningkatkan jumlah harga berdasarkan zona/wilayah yang mereka gunakan.
Harga berdasarkan zona/wilayah merupakan penetapan harga peritel yang
didasarkan pada permintaan dari zona atau wilayah dimana peritel tersebut
beroperasi. Hal ini dilakukan peritel untuk menyesuaikan harga agar lebih dekat
ke permintaan dan persaingan di tingkat lokal. Sebab di setiap wilayah tentu
memiliki kebutuhan dan keinginan konsumen yang berbeda, di Surabaya permintaan
akan produk A sangat tinggi belum tentu permintaan untuk produk A di Jakarta
sama dengan di Surabaya oleh karena itu tingkat harga yang ditawarkan akan
dapat berbeda.
2)
Meningkatkan frekuensi perubahan harga
Perubahan harga yang lebih sering dapat membantu menyesuaikan permintaan
dan bahkan merangsang permintaan. Sebagai contoh, daripada melakukan satu
penurunan harga besar di akhir musim, mengapa tidak memperkenalkan penurunan
harga sebelumnya dengan diskon sebelum penurunan harga akhir. Harga produk
apapun yang berubah menjadi lebih murah, sementara atau tidak, akan dapat
merangsang permintaan. Strategi penetapan harga HLP sering kali dilakukan oleh
peritel untuk tujuan mengoptimalisasi profit dan volume penjualan di toko
ritel. Hal ini karena dengan strategi penetapan harga HLP, peritel menurunkan
harga untuk produk-produk tertentu pada waktu tertentu saja, sehingga penurunan
harga tersebut tidak selalu sama dalam hitungan hari bahkan jam, berbeda dengan
strategi penetapan harga EDLP yang menurunkan harga pada jangka waktu yang
lebih panjang.
Strategi penetapan harga HLP sangat berguna untuk merangsang pembelian
konsumen di toko yang pada akhirnya dapat meningkatkan volume penjualan
terhadap barang yang dipromosikan bahkan meningkatkan penjualan barang yang
tidak dipromosikan (Ellickson dan Misra, 2008). Contoh peritel yang sering
melakukan strategi penetapan harga HLP di Indonesia adalah Carrefour, Alfamart,
Indomaret. Peritel-peritel tersebut sering melakukan strategi penetapan harga HLP
dengan cara melakukan promosi potongan harga atau diskon terhadap produk-produk
tertentu pada hari-hari atau jam-jam tertentu. Misalnya di Carrefour setelah
pukul 21.00 terdapat diskon untuk produk makanan yang sudah diolah seperti
roti, dan lain-lain. Di Alfamart, pada tanggal 16 September 2012 dapat membeli
madu merek Nusantara dengan diskon 10% dan hanya berlaku pada hari itu.
Barang dagangan yang tergolong kelas rata-rata dan dijual di lokasi biasa
akan dijual dengan harga yang umum. Sementara itu produk eksklusif yang unik
biasanya dijual di lokasi strategis dengan sedikit pesaing, biasanya akan
dijual dengan harga yang relatif tinggi. Sebaliknya produk yang sangat popular
dan banyak dibuat orang sehingga tersebar hingga ke pelosok akan dijual dengan
harga yang lebih rendah daripada harga pasar atau harga umum. Hal ini sesuai
dengan pendapat yang dikemukakan oleh Menurut Hendri Ma’ruf (2006:157): “Harga rendah sering dijadikan sebagai
strategi yang amat efektif menarik pembeli karena harga rendah berarti
penghematan sehingga muncullah strategi harga bersaing atau “pricing below the
market” yaitu harga jual eceran yang lebih rendah, baik sedikit atau banyak,
dibandingkan harga jual eceran dari rata-rata pesaing”.
3.
Komponen Pendukung Reputasi Harga
Penetapan
harga mempengaruhi reputasi sebuah ritel. Terdapat 5 aktivitas yang dapat
mendukung dibangunnya reputasi harga bagi sebuah ritel menurut Christina Whidya
Utami (2008:105) antara lain :
a.
Mengubah harga pada rak pajang setiap hari (everyday
shelf price), reputasi harga yang baik akan terbangun jika ritel sangat
memperhatikan perubahan harga untuk setiap item yang dijual dalam rak.
b.
Komunikasi
harga, ritel harus
menghargai komunikasi dengan
pelanggan tentang informasi harga yang ditetapkan untuk setiap item
barang dagangan.
c.
Harga promosi, secara konsisten ritel harus melakukan
promosi harga untuk item barang dagangan tertentu. Kegiatan ini dipandang
sebagai cara efektif untuk menarik minat pelanggan agar berkunjung.
d.
Harga per unit,
ritel harus mengkomunikasikan harga
per unit barang dagangan pada pelanggan.
e.
Pemahaman pelanggan terhadap nilai item harga
(know-value item price), nilai item barang akan terbentuk sejalan dengan
pertimbangan pelanggan terhadap manfaat yang didapatkan dari item produk.
4.
Strategi untuk meningkatkan penjualan
Ketika peritel melayani pasar sasaran yang sangat
sensitif terhadap harga maka harga dapat digunakan untuk meningkatkan penjualan
ritel. Oleh karena itu, bagi
peritel perlu untuk
membangun reputasi harga
yang baik di
mata pelanggannya. Penyampaian informasi mengenai harga perlu secara
konsisten dan tepat diberikan kepada
konsumen agar memudahkan
konsumen untuk mendapatkan informasi
terhadap barang yang
akan dibelinya. Hal
ini sesuai dengan pendapat
yang dikemukakan menurut
Christina Whidya Utami (2008:105) ritel harus menghargai
komunikasi pada pelanggan tentang informasi harga yang ditetapkan ritel untuk
setiap item barang dagangan. Hal ini akan efeketif dijalankan apabila dilakukan
kontrol terhadap konsistensi antara harga yang dikomunikasikan dan harga nyata
yang harus konsumen bayar.
Kemampuan
ritel dalam menetapkan
strategi harga membutuhkan kemampuan ritel
untuk melihat peluang
dalam melakukan dan
menetapkan diskriminasi harga. Berikut ini merupakan beberapa strategi
penetapan harga yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan
penjualan dengan diskriminasi
harga menurut Christina Whidya Utami (2008:107) adalah sebagai berikut:
a.
Markdown
adalah diskriminasi harga tingkat kedua karena melalui markdown sebenarnya
ritel telah membebankan harga berbeda kepada konsumen yang berbeda atas dasar
sifat penawaran.
b.
Kupon adalah diskon harga item tertentu ketika dibeli
di suatu toko
c.
Rabat merupakan bagian dari harga pembelian yang
dikembalikan kepada pembeli dimana rabat membebani ritel dengan biaya
penanganan.
d.
Price Bundling
adalah penawaran dua atau lebih produk yang berbeda untuk penjualan atau obral
pada satu harga.
e.
Multiple unit
pricing, sama dengan price bundling
tetapi produknya sama bukan berbeda.
f.
Variable pricing atau zona penetapan harga yaitu
pembebanan harga yang berbeda dalam toko, pasar atau zona yang berbeda untuk
menghadapi situasi persaingan yang berbeda.
Ketika peritel melayani pasar
sasaran yang sangat sensitif terhadap harga maka harga dapat digunakan untuk
merangsang penjualan ritel. Terdapat tiga strategi untuk meningkatkan penjualan
tanpa menggunakan diskriminasi harga menurut Christina Whidya Utami (2008:108)
yaitu sebagai berikut:
a.
Leader Pricing,
ritel menetapkan harga lebih rendah
daripada normalnya untuk item tertentu, hal ini dilakukan untuk meningkatkan
arus lalu lintas pelanggan atau untuk
meningkatkan penjualan produk
pelengkap atau komplementer.
b.
Pricing lining
(harga bertingkat), ritel
menawarkan sejumlah poin
harga terbatas yang ditentukan sebelumnya dalam suatu klasifikasi.
Manfaatnya bagi pelanggan dan ritel adalah menyingkirkan kebingungan yang
muncul dari pilihan harga ganda.
c.
Penetapan harga ganjil (odd pricing), pemakaian suatu harga yang berakhir dalam jumlah atau
bilangan ganjil. Untuk produk yang sensitif harga, banyak ritel yang
membulatkan ke bawah untuk menciptakan citra harga positif.
SALURAN
DISTRIBUSI
Pengertian
Saluran Distribusi
Saluran distribusi terdiri dari seperangkat
lembaga yang melakukan semua kegiatan pemasaran (fungsi) yang digunakan untuk
menyalurkan produk barang/jasa dan status kepemilikannya dari produsen ke
konsumen. (Cecep Hidayat : 1998).
Saluran distribusi
dapat didefinisikan menurut beberapa ahli :
1) David
A. Revzansaluran distribusi merupakan suatu jalur yang dilalui oleh arus barang
dari produsen ke perantara dan akhirnya sampai pada pemakai.
2) The American Marketing Association,
bahwa saluran distribusi merupakan suatu struktur unit organisasi dalam
perusahaan dan luar perusahaan yang terdiri atas agen, dealer, pedagang besar
dan pengecer, melalui sebuah komoditi, produk atau jasa yang dipasarkan.
3) Kotler : saluran distribusi adalah sekelompok perusahaan atau perseorangan
yang memiliki hak pemilikan atas produk atau membantu memindahkan hak pemilikan
produk atau jasa ketika akan dipindahkan dari produsen ke konsumen.
4) Gleen Walters : saluran distribusi adalah sekelompok pedagang dan agen
perusahaan yang mengkombinasikan antara pemindahan fisik dan nama dari suatu
produk untuk menciptakan kegunaan bagi pasar tertentu.
Jadi, saluran distribusi
merupakan jalur yang dipakai oleh produsen untuk memindahkan produk mereka
melalui suatu lembaga yang mereka pilih untuk mengalihkan kepemilikan produk
baik secara langsung maupun tidak langsung dari produsen ke konsumen. Tujuannya
untuk mencapai pasar tertentu. Jadi pasar merupakan tujuan akhir dari kegiatan
saluran.
Fungsi Saluran
Distribusi
Fungsi – fungsi yang dijalankan oleh
pihak – pihak perantara yang terlibat dalam saluran distribusi turut menentukan
keberhasilan atau kegagalan pemasaran suatu produk.
Adapun fungsi
saluran distribusi dalam pemasaran adalah sebagai berikut :
1)
Riset/Penelitian
Berperan sebagai pengumpul dan penyebar
informasi mengenai situasi dan kondisi lingkungan pemasaran seperti pelanggan,
pemasok, pesaing dan lembaga yang terkait.
2)
Promosi
Perantara pemasaran seperti agen, grosir,
pedagang eceran juga berfungsi sebagai sarana promosi dengan cara mengembangkan
dan menyebarkan komunikasi yang positif mengenai produk yang ditawarkan.
3)
Kontak
Berperan sebagai penghubung antara
produsen dan konsumen dengan melakukan komunikasi dengan calon pembeli.
Keluhan, kritik dan saran dari pelanggan biasanya disampaikan terhadap para
distributor, karena merekalah yang berhubungan langsung dengan konsumen
terutama perantara yang menghubungkan barang dengan konsumen akhir.
4) Penyelarasan
Berfungsi sebagai pihak yang membentuk
dan menyesuaikan penawaran dengan kebutuhan pembeli. Perantara menentukan
pesanan kepada produsen berapa unit produk yang diperlukan berdasarkan jumlah
kebutuhan pelanggan. Jadi produsen memasok produk ke perantara sesuai dengan
keperluan atau pesanan yang diterima.
5) Negoisasi
Berperan dalam kesepakatan harga akhir
yang terjadi antara harga penawaran penjual dengan harga keinginan pembeli.
Perantara menghubungkan dan merundingkan dengan pihak produsen berapa tingkat
harga yang ditawarkan oleh produsen tersebut.
6)
Distribusi Fisik
Perantara kadang – kadang juga sekaligus
berperan dalam penyaluran dan pengangkutan barang – barang yang dipasarkan.
Jadi dalan penyaluran barang terkadang produsen yang melakukan dan menanggung
biaya – biaya penyaluran, terkadang juga dilakukan dan ditanggung oleh
perantara. Penatapan harga pokok barang dari produsen akhirnya dipengaruhi juga
oleh faktor pihak mana yang menanggung biaya distribusi tersebut.
7)
Pengambilan Resiko
Perantara juga berfungsi sebagai
penanggung resiko bila barang – barang yang dipasarkan tersebut tidak laku,
rusak atau kejadian – kejadian yang tidak diinginkan lainnya.
2.3.
Keuntungan Perantara Perdagangan
Peranan Perantara Penggunaan perantara sebagian besar karena keunggulan
efisiensi mereka dalam membuat barang tersedia secara luas dan mudah diperoleh
pasar sasaran. Perantara pemasaran, dengan hubungan, pengalaman, spesialisasi,
dan skala operasi mereka, biasanya menawarkan kepada perusahaan lebih banyak
daripada yang dapat mereka capai sendiri.
Dari segi sistem ekonomi, peran dasar perantara pemasaran adalah mengubah
persediaan yang bersifat heterogen menjadi berbagai macam barang yang ingin
dibeli orang.
Menurut Stern dan El-Ansary, Perantara melancarkan arus barang dan jasa.
Prosedur ini diperlukan untuk menjembatani ketidaksesuaian antara berbagai
barang dan jasa yang dihasilkan produsen dan bermacam barang yang diminta
konsumen.
Ketidaksesuaian itu timbul dari kenyataan bahwa produsen biasanya
menghasilkan sejumlah besar barang dengan variasi terbatas, sedangkan konsumen
biasanya menginginkan jumlah terbatas dari berbagai jenis barang.
Selama suatu lembaga atau perusahaan itu menawarkan barang atau jasa,
masalah distribusi ini tidak dapat dipisahkan. Kegiatan distribusi selalu
dilakukan meskipun tidak menggunakan perantara sebagai lembaga. Jadi, kegiatan
distribusinya langsung diarahkan oleh produsen kepada konsumennya. Namun tidak
jarang para perantara ini digunakan oleh produsen untuik mendistribusikan hasil
produksinya kepada pembeli akhir.
Perantara pemasaran ini merupakan lembaga atau individu yang menjalankan kegiatan khusus di bidang distribusi. Mereka itu adalah perantara pedagang dan perantara agen. Meskipun sama-sama perantara, tetapi mereka mempunyai perbedaan - perbedaan.
Perantara pemasaran ini merupakan lembaga atau individu yang menjalankan kegiatan khusus di bidang distribusi. Mereka itu adalah perantara pedagang dan perantara agen. Meskipun sama-sama perantara, tetapi mereka mempunyai perbedaan - perbedaan.
Pada umumnya, alasan utama untuk menggunakan perantara adalah bahwa mereka
ini dapat membantu meningkatkan efisiensi distribusi.
Penggunaan perantara mempunyai beberapa keuntungan, yaitu:
a.
Mengurangi tugas produsen dalam kegiatan
distribusi untuk mencapai konsumen. Produsen cukup menghubungi perantara untuk
menyampaikan produknya kepada konsumen yang banyak. Ini dipandang lebih
efisien.
b.
Kegiatan distribusinya cukup baik bilamana
perantara sudah mempunyai pengalaman. Mereka dipandang lebih baik karena memang
tugas yang dilakukan hanyalah di bidang distribusi.
c.
Perantara dapat membantu menyediakan
peralatan dan jasa reparasi yang dibutuhkan untuk beberapa jenis produk
tertentu, sehingga produsen tidak perlu menyediakannya.
d.
Perantara dapat membantu di bidang
pengangkutan dengan menyediakan alat-alat transpor sehingga meringankan beban
produsen maupun konsumen yang mencarinya.
e.
Perantara dapat membantu di bidang
penyimpanan dengan menyediakan fasilitas-fasilitas penyimpanan, seperti gudang
dan fasilitas penyimpanan lainnya sehingga sewaktu-waktu dibutuhkan oleh
konsumen dapat memenuhinya.
f.
Perantara dapat membantu di bidang
keuangan dengan menyediakan sejumlah dana untuk melakukan penjualan secara
kredit kepada pembeli akhir, atau untuk melakukan pembelian tunai dari
produsen.
g.
Keuntungan lain yang dapat diharapkan oleh
produsen dari perantara ini adalah:
ü Membantu dalam pencarian konsumen
ü Membantu dalam kegiatan pormosi
ü Membantu dalam penyediaan informasi
ü Membantu dalam pengepakan dan pembungkusan
ü Membantu dalam penyortiran Perantara Pedagang Pada dasarnya perantara
pedagang ( Merchant Middlement ) ini bertanggung jawab terhadap kepemilikan
semua barang yang dipasarkan. Dalam hubungannya dalam pemindahan milik,
kegiatan perantara ini berbeda dengan lembaga lain. Yang termasuk dalam agen
seperti : perusahaan transport, perusahaan pergudangan, dsb.
2.4. Perantara Perdagangan
Adapun
lembaga-lembaga yang termasuk dalam golongan perantara pedagang adalah :
1) Pedagang besar ( Wholesaler )
Istilah
pedagang besar ini hanya digunakan pada perantara pedagang yang terkait dengan
kegiatan perdagangan besar dan biasanya tidak melayani penjualan eceran kepada
konsumen akhir. Untuk lebih jelas definisi dari, pedagang besar adalah sebuah
unit usaha yang membeli dan menjual kembali barang-barang kepada pengecer dan
pedagang lain dan atau kepada pemakai industry, pemakai lembaga, dan pemakai
komersial yang tidak menjual dalam volume yang sama kepada konsumen akhir.
2) Perantara
Agen
Perantara agen
(Agen Middlemen) ini dibedakan dengan
perantara pedagang karena tidak mempunyai hak milik atas semua barang yang
ditangani. Untuk lebih jelasnya definisi agen adalah lembaga yang melaksanakan
perdagangan dengan menyediakan jasa-jasa atau fungsi khusus yang berhubungan dengan
penjualan atau distribusi barang, tetapi mereka tidak mempunyai hak untuk
memiliki barang yang diperdagangkan.
Pada dasarnya
perantara agen dapat digolongkan kepada dua golongan, yaitu :
a. Agen penunjang (Facilitating Agent)
Agen penunjang
merupakan agen yang mengkhususkan kegiatannya dalam beberapa aspek pemindahan
barang dan jas. Mereka terbagi dalam beberapa golongan, yaitu :
- Agen pengangkutan borongan (Bulk
Transportation Agent)
- Agen penyimpanan (Storage Agent)
- Agen pengangkutan khusus (Specialty
Shipper)
- Agen pembelian dua penjualan (Purchaseand
Sales Agent)
Kegiatan agen penunjang adalah membantu
untuk memindahkan barang-barang sedemikian rupa sehingga mengadakan hubungan
langsung dengan pembeli dua penjual. Jadi agen penunjang ini melayani
kebutuhan-kebutuhan dari setiap kelompok secara serempak.
Dalam praktek agen semacam ini dapat
dilakukan sendiri oleh si penerima barang.
b.
Agen pelengkap
(Supplemental Agent)
Agen pelengkap
berfungsi melaksanakan jasa-jasa tambahan dalam penyaluran barang dengan tujuan
memperbaiki adanya kekurangan-kekurangan. Apabila pedagang atau lembaga lain
tidak dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan penyaluran
barang, maka agen pelengkap dapat menggantikannya. Jasa-jasa yang dilakukan
antara lain berupa :
o Jasa pembimbing/konsultasi
o Jasa financial
o Jasa informasi
o Jasa khusus lainnya
Berdasarkan berbagai macam jasa yang
mereka tawarkan tersebut, agen pelangkap dapat digolongkan kedalam :
o Agen yang membantu di bidang keuangan, seperti bank
o Agen yang membantu dalam mengambil keputusan, seperti biro iklan, lembaga
penelitian, dokter,dsb.
o Agen yang membantu dalam penyediaan informasi, seperti televisi, dsb.
o Agen khusus yang tidak masuk dalam tiga golongan dimuka.
Kedua macam perantara (agen dan pedagang)
tsb sama-sama pentingnya dalam pemasaran. Perlu diketahui bahwa agen dapat
menyewa agen-agen yang lain. Sebagai contoh : sebuah biro periklanan dapat
menggunakan radio atau televise sebagai media periklanan bagi perusahaan, begitu
pula dalam hal pengangkutan, perusahaan angkutan dapat menyewa alat-alat
transport kepada perusahaan lain.
3) Pengecer (retailer).
Tidak menutup
kemungkinan bahwa produsen bertindak sekaligus sebagai pedagang karena selain
membuat barang juga memperdagangkannya.
Perdagangan
eceran meliputi semua kegiatan yang berhubungan langsung dengan penjual barang
atau jasa kepada konsumen akhir untuk keperluan pribadi. Namun demikian tidak
menutup kemungkinan adanya perjualan secara langsung dengan pemakai industri
karena tidak semua barang industri selalu dibeli dalam jumlah besar. Secara
definisi dapat dikatakan bahwa “pengecer adalah sebuah lembaga yang
melakukan sebuah kegiatan usaha menjual barang kepada konsumen akhir untuk
keperluan pribadi. “
2.5. Pola
Saluran Distribusi
Saluran distribusi dari
produsen ke konsumen, baik itu dalam pasar konsumen maupun industri ada yang
langsung (tanpa perantara) dan tidak langsung (dengan perantara). Dalam hal
ini, pola saluran distribusi disebutkan ada 2 macam :
1.
Beberapa pola saluran distribusi
barang konsumsi
a. Produsen
Konsumen
Bentuk saluran distribusi
paling pendek dan paling sederhana, tanpa menggunakan perantara. Produsen dapat
menjual barang yang dihasilkannya melalui pos atau langsung mendatangi rumah
konsumen (self to self atau home to home) yang sering disebut saluran
distribusi langsung.
b. Produsen –
Pengecer – Konsumen
Sering disebut juga
saluran distribusi langsung. Disini, pengecer besar langsung melakukan
pembelian pada produsen. Ada pula beberapa produsen mendirikan took pengecer
sehingga secara langsung melayani konsumen, tetapi jarang dipakai.
c. Produsen –
Pedagang Besar – Konsumen
Disebut saluran
distribusi tradisional. Produsen hanya melayani penjualan dalam jumlah besar
kepada pedagang besar saja, tidak menjual kepada pengecer. Pembelian oleh
pengecer dilayani pedagang besar, dan pembelian konsumen dilayani oleh pengecer
saja.
d. Produsen – Agen
– Pedagang Besar – Pengecer – Konsumen
Produsen memilih agen
(agen penjualan atau agen pabrik) sebagai penyalurnya. Ia menjalankan kegiatan
perdagangan besar dalam saluran distribusi yang ada. Sasaran penjualnya
terutama ditujukan kepada para pengecer besar.
e. Produsen – Agen
– Pengecer – Konsumen
Dalam saluran distribusi,
produsen sering menggunakan agen sebagai perantara untuk menyalurkan barangnya
kepada pedagang besar yang kemudian menjualnya kepada toko – toko kecil. Agen
yang terlihat dalam saluran distribusi ini terutama agen penjualan
2. Beberapa pola saluran
distribusi barang industri
a. Produsen –
Pemakai
Saluran yang paling
pendek yang disebut saluran distribusi langsung. Biasanya saluran distribusi
langsung ini dipakai oleh produsen jika transaksi penjualan kepada pemakai
industri relatif cukup besar. Contohnya, lokomotif kapal, pesawat terbang,
kereta dan sebagainya yang termasuk instalasi.
b. Produsen –
Distibutor Industri – Pemakai Industri
Produsen barang – barang
jenis perlengkapan operasi dan accessory equipment kecil dapat menggunakan
distributor industri untuk mencapai pasarnya. Produsen lain yang dapat
menggunakan distributor industri antara lain, produsen bahan bangunan, produsen
alat – alat untuk pembangunan, produsen alat pendingin udara (AC) dan
sebagainya.
c. Produsen –
Agen – Pemakai Industri
Biasanya dipakai oleh
produsen yang tidak memiliki departemen pemasaran. Jua perusahaan yang ingin
memperkenalkan barang atau ingin memasuki daerah pemasaran baru, lebih suka
menggunakan agen.
d. Produsen – Agen
– Distributor Industri – pemakai Industri
Digunakan perusahaan
dengan pertimbangan anatara lain bahwa unit penjualan terlalu kecil untuk
dijual secara langsung. Selain itu, faktor penyimpangan pada saluran perlu
dipertimbangkan. Dalam hal ini agen penunjang seperti agen penyimpanan berperan
penting.
Faktor yang
Mempengaruhi Pemilihan Saluran Distribusi
Produsen harus
memperhatikan berbagai macam faktor yang sangat berpengaruh dalam pemilihan
saluran distribusi. Faktor – faktor tersebut antara lain :
1.
Pertimbangan Pasar
Karena
saluran distribusi sangat dipengaruhi oleh pola pembelian konsumen, maka
keadaan pasar ini merupakan faktor penentu dalam pemilihan saluran. Beberapa
faktor pasar yang harus diperhatikan adalah :
a.
Konsumen atau pasar industri
Pasar yang akan dituju
apakah pasar konsumen atau pasar industri, jika pasar industri umumnya jumlah
perantara yang diperlukan tidak banyak dan memerlukan pemilihan penyalur yang
dituntut memiliki kemampuan penguasaan secara teknis mengenai produk tersebut.
b.
Jumlah pembeli potensial
Jika jumlah pembeli
potensi jumlahnya banyak umumnya tingkat pelayanan yang diperlukan juga tinggi
sehingga jumlah perantaranya juga harus banyak, sebaliknya jika pembeli
potensial sedikit tingkat pelayanan yang diperlukan tidak begitu banyak.
c.
Konsentrasi pasar secara geografis
Jika pasar terpusat
secara geografis, jumlahnya layanan yang diperlukan tidak begitu banyak.
Apabila pasar terbesar letaknya secara geografis jumlah layanan yang diperlukan
akan semakin banyak.
d.
Pola pembelian
Pola pembelian konsumen
juga beraneka ragam, ada konsumen yang menginginkan membeli dari lokasi yang
terpusat lebih jauh melalui perjalanan, telepon atau surat.
e.
Jumlah pesanan
Volume penjualan dari
sebuah perusahaan akan sangat berpengaruh terhadap saluran yang dipakainya.
Jika volume yang dibeli oleh pemakai industri tidak begitu besar atau relative
kecil, maka perusahaan dapat menggunakan distributor industri.
f.
Kebiasaan dalam pembelian
Kebiasaan membeli dari
konsumen akhir dan pemakai industri sangat berpengaruh pula terhadap
kebijaksanaan dalam penyaluran. Termasuk dalam kebiasaan membeli, antara lain :
ü Kemauan
untuk membelanjakan uangnya
ü Tertariknya
pada pembelian dengan kredit
ü Lebih
senang melakukan pembelian yang tidak berkali – kali
ü Tertariknya
pada pelayanan penjual
2.
Pertimbangan Produk
a. Karakteristik
produk
Produk yang mudah rusak
misalnya mengharuskan dibentuk saluran distribusi yang pendek dan tingkat
layanan yang tinggi agar produk cepat sampai ke tangan konsumen. Demikian juga
produk yang memiliki bobot yang tinggi seperti bahan bangunan (pasir, batu dsb)
memerlukan saluran yang pendek karena ongkos angkut serta bongkar muatnya yang
tinggi.
b. Nilai unit
Jika nilai unit dari
barang yang dijual relative rendah maka produsen cenderung untuk menggunakan
saluran distribusi yang panjang. Tetapi sebaliknya, jika nilai unitnya relative
tinggi maka saluran distribusinya pendek atau langsung.
c. Sifat
teknis
Beberapa jenis barang
industri seperti instalasi biasanya disalurkan secara langsung kepada pemakai
industri. Dalam hal ini produsen harus mempunyai penjual yang dapat menerangkan
berbagai masalah teknis penggunaan dan pemeliharaannya. Mereka juga harus dapat
memberikan pelayanan baik sebelum maupun sesudah penjualan.
d. Barang standard
dan pesanan
Jika barang yang dijual
berupa barang standar maka dipelihara sejumlah persediaan pada penyalur.
Demikian pula sebaliknya, kalau barang yang dijual berdasarkan pesanan maka
penyalur tidak perlu memlihara persediaan.
e. Luasnya
lini produk
Semakin beragam barang
dalam suatu lini produk, makin besar kecenderungan perusahaan melakukan
distribusi eksklusif atau distribusi selektif.
3.
Pertimbangan perusahaan
a.
Kemampuan modal
Semakin besar modal yang
dimiliki oleh perusahaan maka perusahaan dapat menentukan jumlah penyalur yang
banyak untuk meningkatkan pelayanan dan perusahaan memiliki peluang untuk
memilih penyalur yang memiliki reputasi yang baik untuk menjaga citra
perusahaannya.
b. Pengalaman
dan kemampuan manajemen
Perusahaan yang memiliki
pengalaman yang banyak akan penyaluran produk tentunya memiliki pertimbangan
yang matang dalam mendesain saluran dan memiliki kriteria atau data tersendiri
mengenai reputasi penyalur. Demikian juga kemampuan manajemen dalam menilai dan
menentukan pemilihan penyalur turut menentukan terciptanya saluran distribusi
yang efisien dan efektif.
c. Pengawasan
saluran
Faktor pengawasan saluran
kadang – kadang menjadi pusat perhatian produsen dalam kebijaksanaan saluran
distribusinya. Pengawasan akan lebih mudah dilakukan jika saluran distribusi
pendek. Jadi, perusahaan yang ingin mengawasi penyaluran barangnya cenderung
memilih saluran pendek walaupun ongkosnya tinggi.
d. Pelayanan yang diberikan oleh penjual
Jika produsen mau
memberikan pelayanan yang lebih baik seperti membangun etalase, mencarikan
pembeli untuk perantara, maka akan banyak yang bersedia menjadi penyalurnya.
4. Pertimbangan
distributor
a.
Pelayanan yang diberikan oleh distributor
Jika perantara mau memberikan pelayanan yang lebih baik,
misalnya dengan menyediakan fasilitas penyimpangan maka produsen akan bersedia
menggunakannya sebagai penyalur.
b.
Kegunaan perantara
Perantara akan digunakan sebagai penyalur apabila ia
dapat membawa barag produsen dalam persaingan dan selalu mempunyai inisiatif
untuk memberikan usul tentang barang baru.
c.
Sikap perantara terhadap kebijaksanaan produsen
Jika perantara bersedia menerima resiko yang
dibebankan oleh produsen, misalnya resiko turunny harga, maka produsen dapat
memilihnya sebagai penyalur. Hal ini dapat memperingan tanggungjawab produsen
dalam mengadapi berbagai macam resiko.
d.
Volume penjualan
Produsen cenderung memilih perantara yang dapat
menawarkan barangnya dalam volume yang besar untuk jangka panjang.
e.
Ongkos
Jika ongkos dalam penyaluran barang dapat lebih ringan
dengan menggunakan perantara, maka hal ini dapat dilakukan terus menerus.
5.
Pertimbangan lingkungan
a. Kondisi perekonomian
Kondisi perekonomian
suatu bangsa / Negara juga turut mempengaruhi pemilihan penyalur. Di Negara –
Negara yang perekonomiannya belum mapan tentu menghendaki desain saluran yang
ekonomis dan menggunakan saluran yang lebih pendek.
b.
Sarana dan prasarana yang tersedia
Sarana fisik seperti
armada angkutan, alat bongkar muat harus memenuhi syarat terentu. Demikian
faktor pendukung lain seperti peraturan pemerintah, tenaga kerja juga harus
sesuai dengan apa yang diperlukan saluran pemasaran yang ideal.
Strategi Cakupan
Saluran Distribusi
Alternatif menentukan banyaknya penyalur setelah menentukan banyaknya
saluran distribusi yang akan dipakai, perusahaan/produsen perlu menentukan
jumlah perantara untuk ditempatkan sebagai pedagang besar atau pengecer. Dalam
hal ini produsen mempunyai tiga alternatif pilihan, yaitu :
1. Distribusi Intensif
Distribusi Intensif ini dapat
dilakukan oleh produsen yang menjual barang konvenien. Perusahaan berusaha
menggunakan penyalur, terutama pengecer sebanyak-banyaknya untuk mendekati dan
mencapai konsumen. Semua ini dimaksudkan untuk mempercepat pemenuhan kebutuhan
konsumen. Sedangkan untuk barang industri, distribusi intensif ini biasanya
terbatas untuk jenis operating supplies atau barang standard lainnya, seperti
obeng, minyak pelumas, dan lainnya.
2. Distribusi Selektif
Perusahaan yang menggunakan
distribusi selektif ini berusaha memilih suatu jumlah pedagang besar/ pengecer
yang terbatas dalam suatu daerah geografis. Biasanya saluran ini dipakai untuk
memasarkan produk baru, barang shopping atau barang special, dan barang
industri jenis accessory equipment. Penggunaan saluran distribusi selektif ini
dimaksudkan untuk meniadakan penyalur yang tidak menguntungkan dan meningkatkan
volume penjualan dengan jumlah transaksi lebih terbatas.
3. Distribusi Eksklusif
Distribusi eksklusif ini
dilakukan oleh perusahan dengan hanya menggunakan satu pedagang besar atau
pengecer dalam daerah pasar tertentu. Jadi produsen/ penyedia hanya menjual
produknya kepada satu pedagang besar atau satu pengecer saja. Pada umumnya,
distribusi eksklusif ini banyak dipakai :
o Untuk barang-barang special
o Apabila penyalur bersedia membuat persediaan dalam jumlah besar sehingga
pembeli lebih leluasa dalam memilih produk yang akan dibelinya
o Apabila produk yang dijual memerlukan servis sesudah penjualan (pemasangan,
reparasi, dsb), misalnya alat pendingin udara (AC), almari es dll.
Jenis Barang
Konsumsi
|
Panjangnya
Saluran
|
Alternatif
Strategi Distribusi
|
Pola
Distribusi dlm Pasar yang ada
|
Konvenien
|
Umumnya panjang
|
Intensif
|
|
Shopping
|
Umumnya sedang
|
Selektif
|
|
Spesial
|
Umumnya pendek
|
Eksklusif
|
2.8.
Pemilihan Strategi Distribusi untuk Produk Baru
Di misalkan perusahaan ABC adalah
sebuah perusahaan farmasi yang menjual bahan–bahan kimia. Pada akhir – akhir
ini perusahaan telah berhasil membuat satu jenis produk baru. Dengan dibuatnya
produk baru tersebut, manajer menghadapi masalah tentang pemasarannya, terutama
menyangkut saluran distribusi. Dalam hal ini ada lima cara yang berbeda dalam
memasarkan produk baru :
1)
Menggunakan penyalur yang ada (strategi 1)
Strategi ini dilakukan
oleh perusahaan dengan menggnakan saluran distribusi yang ada dalam pemasaran
produknya. Dalam hali ini, perusahaan ingin mempertahankan penggunaan penyalur
yang ada.
2)
Menggunakan penyalur baru (strategi 2)
Strategi ini dilakukan
oleh perusahaan dengan memasukkan penyalur baru ke dalam saluran distribusinya.
Penyalur baru dapat mengambil pengalaman dari penyalur lama untuk mengetahui
cara – cara yang pernah ditempuhnya.
3)
Membeli perusahaan kecil yang berfungsi sebagai penyalur (strategi distribusi
3)
Strategi ini memberikan
kemungkinan pada perusahaan untuk membeli atau menambah perusahaan baru
(perusahaan kecil) yang berfungsi memasarkan produknya. Jadi, perusahaan yang
dibeli tersebut mempunyai kegiatan khusus dibidang pemasaran saja.
4)
Penjualan produk dalam jumlah besar kepada perusahaan lain (strategi 4)
Ditempuh perusahaan
dengan menjual produk baru tersebut kepada perusahaan lain (dalam jumlah
besar), yang kemudian mendistribusikannya kepada para pembeli. Alternatif ini
akan menghasilkan laba yang rendah, namun pada saat yang sama resiko perusahaan
juga berkurang.
5)
Pembungkusan dan penjualan produk melalui pos (strategi 5)
Strategi ini dilakukan
oleh perusahaan dengan mengadakan pembungkusan dan penjualannya melalui pos.
Strategi semacam ini perlu didukung dengan usaha – usaha periklanan.
2.9.
Konflik dalam Saluran Distribusi
Konsep
sistem pada distribusi mensyaratkan adanya kerja sama antar saluran. Meskipun
demikian didalam saluran selalu timbul struktur kekuatan sehingga diantara
anggota saluran sering terjadi perselisihan. Konflik juga dapat timbul antara
saluran yang satu dengan saluran yang lain yang menjual produk yang sama dan ke
pasar yang samapula.
1)
Konflik Horizontal
Konflik ini terjadi
diantara para perantara yang sejenis. Konflik horizontal dapat berupa :
1. Konflik antar
perantara yang menjual barang sejenis
2. Konflik antar
perantara yang menjual barang berbeda
Sumber konflik biasanya
karena ada perantara yang memperluas lini produknya dengan lini baru dan tidak
tradisional.
2)
Konflik vertical
Konflik ini terjadi antar
anggota saluran distribusi dan terdiri dari:
1. Konflik antar produsen
dan pedagang grosir
2. Konflik antar produsen
dan pengecer
Sumber konflik umumnya
adalah ketidaksamaan tujuan, hak, dan peranan yang tidak jelas, perbedaa
presepsi, dan sangat besarnya ketergantungan perantrara kepada produsen.
2.10.
Pengendalian Saluran Distribusi
Pengendalian
saluran distribusi dapat menjadi suatu masalah yang sulit bagi perusahaan yang
mengandalkan fungsi perdagangan besar dan eceran pada penyalur tertentu saja
(penyalur independen). Karena penyalur independent tersebut melaksanakan
kegiatan bisnisnya untuk kepentingan sendiri, artinya, mereka hanya tertarik
untuk menjual barang yang dapat meningkatkan laba mereka.
Produsen
yang menjual melalui penyalur indipenden tersebut harus dapat merancang produk
dan program pemasaran yang menarik. Untuk membuat agar penyalur independent
dapat lebih terikat pada produsen, maka produsen harus mengambil beberapa
kebijaksanaan seperti :
(1) Produsen harus menyatakan bahwa tugasnya
tidak berakhir pada saat produk terjual, tetapi masih perlu memberikan
pelayanan sesudah penjualan kepada pembeli akhir.
(2) Produsen harus menyatakan bahwa masalah
yang dihadapi penyalur merupakan masalah bagi produsen dan tidak dapat
diabaikan jika ingin mempertahankan posisi pasarnya.
(3) Produsen harus memberi ganti kepada penyalur
atas garansi dan servis lain yang diberikannya kepada para pembeli.
(4) Produsen harus dapat memberikan semangat
kepada penyalur dengan memberi sejumlah insentif. Beberapa teknik
pemberian insentif yang dapat digunakan antara lain :
ü Konsesi
harga
ü Bantuan
keuangan
ü Proteksi
Link download ada disini